Thursday, April 8, 2010

BAB III: MERUMUSKAN MASALAH




BAB III


APA DAN BAGAIMANA MERUMUSKAN MASALAH


ABSTRAKSI: Isi uraian dalam bab ini menjelaskan hakikat masalah, masalah dan variabel, teknik merumuskan masalah, sumber masalah, masalah dan judul penelitian. Diharapkan melalui uraian ini mahasiswa dapat memiliki keterampilan merumuskan masalah penelitian.





Dalam wajah panggung dalam laporan hasil penelitian atau karya ilmiah diawali oleh pengajuan masalah. Mahasiswa atau peneliti sebaiknya menguasai bagaimana teknik untuk  merumuskan masalah serta bagaimana langkah dan proses mengajukan masalah.


  1. Hakikat Masalah



Banyak mahasiswa atau peneliti muda mengalami kesulitan dalam menentukan masalah beserta variabel-varibelnya. Hal ini disebabkan karena kekurangan pahamnya atas hakikat permasalahan penelitian tersebut. Kurangnya informasi mengenai sumber-sumber masalah, serta kekurangan kesiapan mahasiswa dan peneliti dalam merencanakan penelitian. Padahal dalam penelitian, masalah menjadi fundamental untuk menentukan unsur penelitian lainnya.


Unsur-unsur seperti, teori dan rumusan hipotesis, metodologi dan lainnya, dibangun atas dasar masalah penelitian. Kunci dari keberhasilan dari sebuah penelitian adalah, penentuan masalah. Masalah sering dikacaukan dengan judul. Masalah tidak sama dengan judul. Masalah adalah inti persoalan yang tersirat dalam judul. Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui penelitian.


Masalah penelitian harus memenuhi persyaratan untuk dapat diteliti. Ada tiga  segi untuk mengukur kelayakan suatu masalah penelitian, yaitu: dari segi keilmuan, segi metode keilmuan dan segi kepentingan dan kegunaannya.


Pertama, dari segi keilmuan, masalah harus jelas kedudukannya dalam struktur keilmuan yang sedang dipelajari. Seorang mahasiswa atau peneliti jurusan ekonomi mengambil masalah penelitian yang berkenaan dengan aspek keilmuan yang ada dalam bidang ekonomi. Begitu juga, mahasiswa dan penelitian dibidang teknologi informasi, ia harus menentukan masalahnya penelitiannya dalam struktur keilmuan yang ada di bidang teknologi informasi.


Kedua, dari segi metode keilmuan. Dari segi ini, masalah penelitian harus dapat dipecahkan melalui langkah-langkah berpikir ilmiah atau metode ilmiah. Telah dijelaskan bahwa langkah yang harus ditempuh dalam metode ilmiah adalah merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.


Ketiga, dari segi kepentingan dan kegunaannya. Masalah penelitian harus disesuaikan dengan kepentingan penelitinya. Peneliti yang mengambil program S1 tentu berbeda dengan kepentingan mahasiswa program S2. Begitu juga mahasiswa program S2 akan berbeda dengan mahasiswa program S3. Yang membedakan adalah, bobot kedalaman serta luasnya masalah penelitian yang akan diteliti. Masalah yang baik harus mempunyai nilai kegunaan, baik bagi kepentingan ilmu maupun bagi penerapan praktek.


Masalah selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, bukan pernyataan. Satu masalah penelitian bisa mengandung beberapa subpertanyaan. Itu sebabnya ada masalah pokok dan submasalah yang harus terjawab melalui penelitian. Dalam penelitian, sebaiknya mengandung dua variabel atau lebih. Dengan demikian, masalah penelitian dapat diajukan melalui beberapa cara seperti mendeskripsikan setiap variabel, menghubungkan dua variabel, mengkaji pengaruh variabel yang satu dibandingkan kekuatan variabel lainnya, mengkaji sumbangan (kontribusi) suatu variabel terhadap variabel lain, dan lain-lain. Untuk itu, peneliti harus memahami makna, kategori, dan jenis hubungan variabel.


  1. Hakikat Variabel.



Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif. Hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Contoh variabel: jenis kelamin, motivasi, prestasi, kepemimpinan.


Variabel dalam dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanupulasi untuk diketahui intesitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat dari variabel bebas. Oleh sebab itu, variabel terikat menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas. Sebagai contoh:


·         Kepemimpinan dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila dilihat intesitasnya dalam hal produktivitas kerja.


·         Motivasi dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila akan dilihat akan intesitasnya dalam hal prestasi.


Produktivitas kerja dan prestasi keduanya adalah variabel terikat/respons. Dengan kata lain, produktivitas kerja dalam konteks ini merupakana akibat dari kepemimpinan dan prestasi merupakan akibat dari motivasi.


Di samping variabel bebas dan variabel terikat, ada lagi variabel lain seperti variabel penyerta, variabel kontrol dan lain-lain. Variabel-variabel tersebut digunakan untuk memperdalam dan memperluas kajian hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.


Setelah mengenal jenis beberapa jenis variabel, peneliti hendaknya memahami berbagai jenis hubungan antarvariabel. Ada tiga kategori hubungan variabel, yakni hubungan simetris, hubungan tak simetris dan hubungan timbal balik.


·         Hubungan Simetris


Hubungan simetris adalah hubungan manakala variabel yang satu tidak dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya.


Ciri-cirinya adalah:


1.         Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama.


Misalnya kualifikasi guru yang baik adalah tingkat pendidikan dan pengalaman mengajarnya. Kedua variabel ini simetris namun tidak saling memengaruhi. Tingkat pendidikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman mengajar, demikian pula sebaliknya


2.         Variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.


Misalnya tes seleksi universitas yang ketat menyebabkan calon yang jatuh, tetapi juga dapat meningkatkan prestasi mahasiswa.


3.         Kedua variabel mempunyai kaitan fungsional.


Misalnya, kekuasaan mempunyai fungsi dengan tugas dan tanggung jawab. Akan tetapi tidak berarti kekuasaan dipengaruhi oleh tugas dan tanggung jawab, atau sebaliknya, tugas dan tanggung jawab ditentukan dan dipengaruhi kekuasaan.


4.         Hubungan kebetulan.


Misalnya, anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh lulus dengan baik. Jadi tidak ada hubungan antara bodoh dengan kelulusan, dan pandai dengan kegagalan.





·         Hubungan Tak Simetris


Hubungan tak simetris ditandai dengan adanya hubungan atau kaitan variabel yang satu dengan variabel lainnya. Hubungan tersebut bisa berupa pengaruh, sumbangan atau kontribusi, ataupun hubungan sebab akibat.


Hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk hubungan positif dan fungsional. Hubungan positif artinya terdapat hubungan yang searah. Misalnya makin tinggi tingkat pendidikan guru, makin tinggi kualitas pengajaran demikian pula sebaliknya. Tetapi apabila yang terjadi adalah, makin tinggi kualitas pendidikan guru namun makin rendah hasil belajar, maka hubungan tersebut adalah negatif.


Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan fungsional adalah kedua variabel (variabel bebas dan variabel terikat) menunjukkan adanya kaitan fungsi. Misalnya adanya pengaruh, adanya sumbangan atau kontribusi, atau menjadi penyebab variabel lain yang akan muncul.


·         Hubungan Timbal-Balik


Hubungan timbal balik adalah hubungan pada suatu saat variabel yang satu menjadi penyebab variabel yang lain dan pada saat lain terjadi sebaliknya. Jadi pada suatu saat variabel X mempengaruhi variabel Y, dan pada saat yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. Misalnya: Siswa yang biasa belajar teratur ternyata berprestasi tinggi. Pada suatu saat tiba giliran bahwa siswa yang berprestasi tinggi ternyata menyebabkan belajar yang teratur.


  1. Teknik Merumuskan Masalah



Apabila telah memahami jenis variabel dan hubungan antarvariabel, peneliti akan lebih mudah dalam merumuskan pertanyaan penelitian. Caranya ialah dengan melakukan kajian dan analisis hubungan yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel yang terdapat di dalamnya. Dengan membuat diagram atau bagan yang menyertakan posisi variabel bebas, variabel terikat dan variabel penyerta. Dengan diagram tersebut, kita bisa mengajukan berbagai kemungkinan pertanyaan penelitian dengan menganalisis variabel dalam bagan tersebut.


Contoh:







                               Variabel bebas





Variabel terikat


Pendidikan Kependudukan & Lingkungan Hidup (X)


Anak dari keluarga suku Jawa (X1)


Anak dari keluarga suku Batak (X2)


Sikap terhadap Norma Keluarga


Kecil (NKK)


(Y)


Y1


Y­­­2







Pada diagram diatas, Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) yang diberikan di sekolah ditempatkan sebagai variabel bebas, diberi notasi (X). Sikap terhadap NKK diberikan sebagai variabel terikat, diberi notasi (Y). Asal keluarga adalah variabel penyerta, terdiri dari keluarga suku Jawa (X1) dan suku keluarga Batak (X2).


Permasalahan yang bisa ditanyakan adalah sebagai berikut:


1.       Sampai di mana sikap terhadap NKK setelah menerima program PKLH ?(menanyakan variabel Y).


a.       Bagaimana sikap anak yang berasal dari keluarga suku Jawa terhadap NKK? (mengungkapkan variabel Y1)


b.      Bagaimana sikap anak yang berasal dari keluarga suku Batak terhadap NKK? (mengungkapkan variabel Y2)


2.       Sampai dimana intensitas pelaksanaan Program PKLH? (menanyakan X)


3.       Adakah perbedaan sikap terhadap NKK antara anak berasal dari keluarga suku Jawa (Y1) dengan anak yang berasal dari keluarga suku Batak (Y2)? (membandingkan Y1 dan Y2).


4.       Apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas pelaksanaan Program PKLH (X) dengan sikap anak terhadap NKK  (menanyakan hubungan X dan Y).


Bagaimana memahaminya?


Pertanyaan nomor satu dan nomor dua tidak perlu dibuat hipotesis, sebab hanya mengungkap satu variabel.


Pertanyaan nomor tiga mencoba membandingkan variabel terikat, yakni sikap anak yang berasal dari keluarga Jawa (Y1) dengan sikap anak yang berasal dari keluarga Batak (Y2). Pertanyaan ini seolah-olah ada dua variabel, maka hipotesis yang bisa diturunkan menjadi:


“Anak yang berasal dari keluarga Jawa sikapnya terhadap NKK lebih positif daripada anak yang berasal dari keluarga Batak”.


Begitu juga dengan pertanyaan nomor empat, berisi dua variabel, yakni variabel X dan Y, maka hipotesis yang muncul adalah:


“Terdapat korelasi positif antara intensitas pelaksanaan program PKLH di sekolah dengan sikap anak terhadap NKK”.


Dari contoh merumuskan masalah, yakni menyusun pertanyaan-pertanyaan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik merumuskan masalah kuncinya terletak dalam mengkaji variabel, baik yang sifatnya mendeskripsikan suatu variabel maupun mengutak-atik variabel yang satu dengan variabel yang lain.


Setelah merumuskan masalah penelitian, selanjutnya diberikan definisi variabel, definisi konsep maupun definisi operasional.


  1. Sumber Masalah



Persoalan lain yang perlu diketahui ialah bagaimana cara memperoleh masalah. Ada tiga sumber untuk memperoleh masalah penelitian, yaitu:


1.       Dengan cara membaca buku atau hasil penelitian orang lain. Cara ini sangat sederhana dan tidak perlu mengeluarkan waktu, biaya, tenaga yang banyak. Mahasiswa atau peneliti cukup pergi ke perpustakaan mempelajari literatur yang berkenaan dengan bidang studi atau keahliannya.


2.       Dengan cara melalui studi pendahuluan atau studi penjajakan (explorotary study). Pada studi penjajakan, mahasiswa atau peneliti turun ke lapangan untuk mengadakan amatan terhadap gejala atau fenomena yang ada.


3.       Dengan cara menggunakan kombinasi dari dua cara diatas. Artinya, peneliti terlebih dahulu mencari konsep dan variabel dari literatur (khazanah ilmu), kemudian melihat fakta empiris di lapangan, apakah sesuai atau tidak. Jika tidak, mengapa? Pertanyaan mengapa tersebut mengundang peneliti untuk merumuskan masalah penelitiannya.


  1. Masalah dan Judul Penelitian



Pertanyaan klasik yang sering diajukan mahasiswa adalah manakah yang harus didahulukan, menentukan masalah atau merumuskan judul penelitian. Pertanyaan itu dilontarkan sebab mahasiswa tersebut tidak atau belum memahami hakikat masalah dalam penelitian. Masalah dan judul saling berkaitan satu sama lain. Masalah harus dapat memberikan kesan terhadap judul. Demikian pula sebaliknya, judul harus mencerminkan masalah. Artinya dalam judul harus tersirat masalah.


Judul dapat ditetapkan setelah masalah penelitian dirumuskan dengan jelas. Tidak sebaliknya. Judul harus mengacu kepada masalah pokok penelitian, artinya relevan dengan masalah pokok.


Setelah masalah penelitian ditemukan, pada tahap selanjutnya mahasiswa atau peneliti perlu menyusun kerangka tulisan bab pengajuan masalah dalam struktur tertentu sesuai dengan urutan.


Susunan tersebut diurutkan menjadi:


a.       Latar belakang, berisi uraian apa dan mengapa peneliti melakukan penelitian dengan judul atau tema tertentu.


b.      Identifikasi masalah yakni mengemukakan beberapa masalah yang mungkin timbul dari tema penelitian.


c.       Pembatasan masalah, yakni menetapkan satu atau dua masalah dari kemungkinan yang telah diidentifikasikan serta ruang lingkupnya.


d.      Memberi batasan konsep dan batasan operasional.


e.      Menjelaskan tujuan umum penelitian. Rumusan tujuan konsisten dengan masalah pokok penelitian atau konsisten dengan makna judul penelitian.


Keenam unsur pokok di atas adalah syarat minimal yang harus dipenuhi. Variasi dari keenam hal tersebut bisa dilakukan sehingga bisa ditambah dengan memasukkan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk lebih memperjelas permasalahan.





DAFTAR PUSTAKA


Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah,  Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.


Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987

with a thank you to Dosen Aan.

No comments:

Post a Comment