Wednesday, March 24, 2010

BERPIKIR ILMIAH






BAB II  BERPIKIR ILMIAH

ABSTRAKSI: Dalam uraian bab ini akan ditelusuri dan
dijelaskan beberapa konsep yang berkenaan dengan proses berpikir, berpikir
ilmiah dan penelitian ilmiah. Maksud uraian ini memberikan landasan kepada
mahasiswa sehubungan dengan penulisan dan penyusunan karya ilmiah.










A.     Pendahuluan


Telah
dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa karya ilmiah ditulis dan disusun secara
sistematis menurut aturan dan kaidah tertentu berdasarkan dari berpikir ilmiah.
Ini berarti tidak semua karya tulis dinamakan karya ilmiah, sebab tidak semua
karya tidak semua proses berpikir adalah berpikir ilmiah. Secara umum dapat
dibedakan dua pola berpikir, yakni berpikir deduktif dan berpikir induktif.


B.1 Berpikir Deduktif


Berpikir
deduktif atau berpikir rasional merupakan sebagian dari berpikir ilmiah.
Berpikir deduktif memunculkan sebuah logika deduktif, yaitu bagaimana menarik
suatu kesimpulan dari pernyataan umum menuju ke pernyataan-pernyataan khusus
dengan menggunakan penalaran atau rasio (berpikir rasional). Hasil atau produk
berpikir deduktif ini, dapat digunakan untuk menyusun hipotesis, yakni jawaban sementara yang kebenarannya masih perlu
diuji atau dibuktikan melalui proses keilmuan atau selanjutnya (Dr. Nana
Sudjana, 1987).


Berpikir deduktif,
proses berpikir hanya sampai kepada menurunkan hipotesis. Pembuktiannya dapat
dilihat pada contoh dibawah ini.


Contoh: Teori dalam bidang pendidikan menyatakan: Prestasi seseorang
ditentukan oleh kemampuan yang dimilikinya (faktor intern) dan lingkungan yang
membentuknya (faktor ekstern). Cara belajar atau metode belajar termasuk salah
satu lingkungan (faktor eksternal). Oleh sebab itu, prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh cara belajar yang digunakannya.


Pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
Dalam kondisi kemampuan siswa yang relatif sama, manakah yang lebih tinggi
prestasinya di antara siswa yang menggunakan metode belajar kelompok
dibandingkan dengan siswa yang menggunakan belajar mandiri?


Hipotesis yang bisa diturunkan dari
pertanyaan di atas adalah
:


1.                       
Tidak dapat perbedaan prestasi belajar di antara
siswa yang melakukan cara belajar mandiri dengan siswa yang melakukan cara
belajar kelompok (M=K).


2.                       
Siswa yang melakukan cara belajar secara mandiri
menunjukkan prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang melakukan
cara belajar secara kelompok (M<K).


3.                       
Siswa yang melakukan cara belajar secara
kelompok menunjukkan prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang
melakukan cara belajar secara mandiri (K<M).


Dari ketiga hipotesis di atas, hipotesis
manakah yang paling benar?


Salah satu cara untuk mengujinya ialah mengkaji secara mendalam hakikat
proses belajar mandiri dan proses belajar kelompok berdasarkan teori-teori yang
ada dalam proses pembelajaran. Dengan demikian menetapkan satu hipotesis yang
paling benar semata-mata hanya menggunakan penalaran. Namun pengujian hipotesis
secara empiris melalui verifikasi data tidak dilakukan. Itulah sebabnya
berpikir deduktif baru sebagian saja dari berpikir ilmiah.





B.2 Berpikir Induktif


Proses berpikir induktif merupakan kebalikan dari proses berpikir
deduktif, yakni pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta
khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum, tetapi dari fakta atau data
khusus berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris
disusun, diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk
pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum
(Dr. Nana Sudjana, 1987).


Yang perlu digaris bawahi adalah, pada berpikir induktif ini, menarik
sebuah kesimpulan umum berasal dari data khusus berdasarkan pengamatan empiris
tidak menggunakan rasio atau penalaran, tetapi menggunakan cara lain, yakni
menggeneralisasikan fakta melalui statistika.


Coba Anda perhatikan contoh dibawah ini. Jika kita ingin mengetahui
selera atau minat warga kota
Denpasar mengenai jenis film yang beredar. Kemudian dipilih beberapa jenis film
yang sering diputar di beberapa bioskop yang ada di kota Denpasar. Misalnya ada tiga jenis film,
yakni film India,
film Mandarin, dan film nasional.


Dari contoh diatas, maka pertanyaan yang muncul adalah: Jenis film
manakah yang disukai warga kota
Denpasar? Apakah film nasional, film India atau film Mandarin? Maka kita
dapat menurunkan hipotesis atau praduga sebagai berikut:


1.     
Warga kota
Denpasar lebih menyukai film nasional daripada film India.


2.     
Warga kota
Denpasar lebih menyukai film India
daripada film Mandarin.


3.     
Warga kota
Denpasar lebih menyukai film Mandarin daripada film nasional.


4.     
Warga kota
Denpasar lebih menyukai film India
daripada film nasional.


5.     
Dan demikian seterusnya berdasarkan kemungkinan
lainnya.


Untuk menguji
hipotesis yang paling betul, kita tidak mungkin menguji teori atau argumentasi
teoritis, tetapi perlu melakukan pengamatan langsung di beberapa gedung bioskop.
Mencari data, misal dengan menghitung jumlah karcis yang terjual di sample bioskop yang menjadi tempat
penelitian kita. Langkah selanjutnya, jumlah karcis yang terjual untuk setiap
jenis film tersebut dibandingkan. Usaha menghitung jumlah karcis yang terjual,
dilakukan beberapa kali sehingga kita mendapatkan data dari rata-rata jumlah
pengunjung menurut penghitungan statistika.


Hasil yang
diperoleh dari pengujian ini, berdasarkan hasil metode statistika akan
menghasilkan kesimpulan umum mengenai minat warga kota Denpasar terhadap jenis film yang
disukai. Kesimpulan tersebut
semata-mata hanya didasarkan atas analisis
data
tanpa didukung penalaran
teoritis
. Demikian juga hipotesis tidak diturunkan dari teori keilmuan.
Oleh sebab itu, kesimpulan berpikir induktif masih harus dipertanyakan.


B.3
Berpikir Ilmiah


Secara
sederhana menerangkan berpikir ilmiah ialah menggabungkan berpikir deduktif
dengan berpikir induktif. Hipotesis diturunkan dengan teori, kemudian diuji
melalui verifikasi data secara empiris. Dengan demikian terjadi siklus
berpikir.  Berpikir rasional menghasilkan
hipotesis, kemudian kebenaran hipotesis mengalami pengujian secara empiris.
Pengujian tersebut adalah dengan jalan mengumpulkan dan menganalisis data yang
relevan untuk menarik kesimpulan apakah hipotesis itu benar atau tidak.
Hipotesis yang ternyata didukung fakta empiris akan dikukuhkan sebagai jawaban
yang definitif.


Dengan berpikir
ilmiah yang kemudian  menghasilkan metode
ilmiah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:


1.      Merumuskan masalah, yakni mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk dicari jawabannya. Namun semua pertanyaan, bukan
berarti pertanyaan yang mengandung masalah. Pertanyaan yang diajukan hendaknya
problematis dalam artian mengandung banyak kemungkinan jawab. Darimanakah kita
bisa memperoleh masalah untuk dapat kita teliti? Masalah bisa bersumber dari
teori-teori, konsep, prinsip yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah dan bisa
melalui fakta-fakta khusus secara empiris.


2.      Mengajukan hipotesis, yakni jawaban
sementara atas dugaan jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan di atas.
Dalam menetapkan jawaban tersebut, kita harus berpaling pada khasanah
pengetahuan. Dengan menggunakan penalaran deduktif, hipotesis diturunkan dengan
kajian teoritis.


3.      Verifikasi Data, artinya mengumpulkan
data secara empiris kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji
benarnya tidaknya hipotesis. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya melalui
data yang diperoleh secar empiris, akan menjadi jawaban yang definitif. Apabila
proses pengujian tersebut, ternyata selalu menunjukkan kebenaran melalui
fakta/data empiris juga, maka hipotesis tersebut telah menjadi tesis.


Sering
hipotesis diturunkan dan diuji tanpa melalui data yang empiris, tetapi melalui
kajian yang teoritis. Proses berpikir ini baru sebagian dari berpikir ilmiah.
Hal ini dapat kita temukan dalam penyusunan makalah atau seseorang yang
menyiapkan makalah untuk didiskusikan mencari jalan keluarnya melalui forum
diskusi, panel atau seminar.


4.      Menarik kesimpulan, artinya menentukan
jawaban-jawaban definitif dari setiap masalah yang diajukan atas dasar
pembuktian atau pengujian empiris setiap hipotesis yang diturunkan. Lalu
bagaimana setiap hioptesis yang tidak teruji kebenarannya? Jika demikian
hipotesis tersebut harus tetap disimpulkan dengan memberi pertimbangan dan
penjelasan faktor penyebabnya. Ada
dua (2) faktor biasanya membuat hipotesis tidak teruji kebenarannya, yaitu:


a.     Kesalahan
verifikasi data seperti instrument atau alat pengumpul datanya kurang tepat,
sumber datanya keliru, teknik analisis data yang digunakan tidak memenuhi
syarat; dan


b.     Kekurangtajaman
menurunkan hipotesis dan atau bersumber dari teori yang belum mapan.


Namun apabila proses penurunan hipotesis telah terpenuhi dan verifikasi
data telah memenuhi persyaratan, hipotesis tetap tidak terbukti kebenarannya,
dapat disimpulkan: Tidak terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa teori yang
mendukung hipotesis dapat diaplikan pada situasi dan kondusu dan di tempat
penelitian tersebut diadakan, namun berarti teori harus disalahkan.


Semua pengertian diatas harus dilaksanakan dengan kerangka berpikir
ilmiah. Berpikir deduktif harus dilanjutkan dengan berpikir induktif. Teori
dibuktikan dengan fakta. Rasio diikuti dengan pengamatan pancaraindera. Berpikir ilmiah mengarakan kita kepada metode
ilmiah, yakni untuk mendapat pengetahuan ilmiah. Wujud operasional metode ini
adalah penelitian ilmiah.



B.4 .....



 





DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah,   
Usaha Nasional, Surabaya
Indonesia,
1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar
Baru Algesindo, Bandung,
1987

No comments:

Post a Comment