Thursday, July 1, 2010

BAB IV: APA DAN BAGAIMANA HIPOTESIS

with a thank you to Dosen Aan.

BAB IV  APA DAN BAGAIMANA HIPOTESIS

Dalam kerangka berpikir ilmiah, hipotesis diajukan setelah merumuskan masalah. Hal ini cukup rasional, karena hipotesis merupakan ‘jawaban sementara’ dari masalah. Sebagai jawaban sementara atau dugaan, sudah pasti jawabannya belum tentu benar dan karenanya perlu dibuktikan dan diuji kebenarannya.

Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti bawah dan tesis, artinya pendapat. Jadi pengertian hipotesis adalah pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kebenarannya masih belum meyakinkan. Karena pendapat ini perlu diuji dan dibuktikan secara empiris, maka diperlukan data-data yang berada di lapangan. Ini berarti kebenaran hipotesis harus didukung oleh data atau fakta, bukan semata-mata oleh penalaran.

Manfaat hipotesis antara lain:
Bagi proses dan langkah penelitian dalam hal menentukan proses pengumpulan data seperti metode penelitian, instrument yang harus digunakan, sampel atau sumber data dan teknik analisis data.

Memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan penelitian, yakni menarik pernyataan-pernyataan hipotesis yang telah diuji kebenarannya.

Sumber Hipotesis
Pertanyaan pokok yang perlu diajukan adalah darimana memperoleh hipotesis. Artinya, darimana sumber hipotesis.

Hipotesis sebagai jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan penelitian, tidak asalah menduga atau mengira-ngira. Perbedaannya adalah, jawaban sementara ini harus mendekati kebenaran dengan menggunakan logika berpikir, baik berpikir rasional maupun berpikir empiris.

Dengan kenyataan diatas, maka hipotesis dapat diturunkan berdasar berpikir deduktif artinya menetapkan jawaban sementara atas dasar analisis teori-teori pengetahuan ilmiah yang relevan dengan permasalahan melalui penalaran atau rasio. Oleh sebab itu, seorang peneliti harus menguasai prinsip-prinsip, hukum dan asumsi-asumsi yang terdapat dalam pengetahuan ilmiah serta kekuatan penalaran untuk menelaah prinsip, hukum dan asumsi tersebut dihubungkan dengan pertanyaan penelitian (masalah penelitian).

Perhatikan contoh di bawah ini.
Salah satu teori dalam teknologi informasi adalah teknologi informasi tidak hanya sebagai teknologi untuk memproses dan menyimpan informasi yang berbasis pada komputer, namun juga menggunakan teknologi komunikasi lainnya dalam menyampaikan informasi atau pesan yang lebih efektif dan efisien (Martin, 1999).

Masalah penelitian:
Apakah terdapat perbedaan pengiriman waktu pesan menggunakan sumber daya internet melalui email dibandingkan dengan mengirim pesan menggunakan sumber daya konvensional melalui pos surat?

Hipotesis:
Dalam perbedaan kemampuan, pengiriman pesan menggunakan sumber daya internet (email) lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan cara konvesional yaitu menggunakan pos surat.

Dalam contoh di atas, pengiriman waktu pesan merupakan salah satu bagian yang dapat ditinjau dari efektifitas dan efisiensi waktu, ditempatkan sebagai variabel terikat. Sumber daya internet dan sumber daya konvensioanal, sebagai variabel bebas.

Sedangkan hipotesis melalui berpikir induktif, adalah dengan menetapkan jawaban sementara yang di dapat melalui pengamatan terhadap gejala, peristiwa, fakta di lapangan. Dalam situasi tersebut, untuk merumuskan hipotesis, peneliti tidak berpaling atau bersumber dari teori pengetahuan ilmiah, tetapi berdasarkan data, fakta, gejala, peristiwa hasil pengamatannya di lapangan. Peneliti datang ke lapangan, melakukan pengamatan terhadap tingkah laku tertentu, memperhatikan hubungan-hubungan atau kecendrungannya, kemudian merumuskan tentang tingkah laku tersebut. Selanjutnya melalui penalarannya peneliti menyusun hipotesis.

Masih dengan menggunakan contoh sebelumnya, peneliti dapat melakukan proses pengiriman pesan tersebut dengan menggunakan 2 metode, yaitu melalui email atau pos surat. Peneliti menulis pesan, mengirimkan dengan 2 metode tersebut, kemudian peneliti mencatat tahapan-tahapan apa saja dilakukan dari kedua metode tersebut, serta mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh kedua metode sampai pesan tersebut diterima oleh yang objek yang dituju.

Penelitian terhadap hipotesis yang diangkat dari pengamatan empiris sering menunjukkan kebenaran sehingga pemecahan masalahnya mendekati kebenaran. Namun, hipotesis yang diangkat dari hasil pengamatan ini hasilnya kurang memiliki daya penjelas dan terbatas sehingga generalisasinya kurang dapat diandalkan, sekalipun kegunaannya mempunyai nilai praktis.

Rumusan Hipotesis
Telah dijelaskan bahwa setiap hipotesis penelitian harus diuji kebenarannya melalui data empiris. Oleh karenanya rumusan hipotesis harus jelas, terbatas, sehingga dapat diuji dan member petunjuk bagaimana pengujian harus dilakukan. Sebagai jawaban sementara, hipotesis dimulai dari pengidentifikasian alternatif jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Perhatikan contoh berikut ini:

Masalah:
Apakah terdapat hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai?

Alternatif jawaban:
1. Tidak ada hubungan
2. Ada hubungan
2.1 Terdapat hubungan positif
2.2 Terdapat hubungan negatif

Hipotesis
1. Tidak terdapat hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai.

2. Ada hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2.1 Kecepatan waktu pengiriman pesan menunjukkan hubungan yang positif dan berarti dalam efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2.2 Kecepatan waktu pengiriman pesan menunjukkan hubungan yang negatif dan berarti dalam efektifitas dan efisiensi waktu sampai.

Contoh lain:
Masalah:
Apakah terdapat perbedaan penjualan kombinasi susu+kopi bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama dibandingkan dengan ditempatkan pada rak yang berbeda lokasi satu sama lainnya?

Alternatif Jawaban:
1. Tidak terdapat perbedaan penjualan

2. Ada perbedaan penjualan
2.1 Penjualan susu+kopi yang ditempatkan pada rak lokasi yang sama lebih tinggi penjualannya
2.2 Penjualan susu+kopi yang ditempatkan pada rak lokasi yang berbeda lebih tinggi penjualannya

Hipotesis:
1. Tidak terdapat perbedaan penjualan susu+kopi bila ditempatkan pada lokasi rak yang sama maupun pada rak yang lokasinya berbeda.

2. Ada perbedaan penjualan susu+kopi bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama dengan lokasi rak yang berbeda.

2.1 Penjualan susu+kopi yang bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama lebih tinggi, daripada rak yang lokasinya berbeda.

2.2 Penjualan susu+kopi yang bila ditempatkan pada rak lokasi yang berbeda lebih tinggi, daripada rak yang lokasinya sama.

Hipotesis nomor satu, baik dalam contoh pertama maupun contoh kedua, dinamakan hipotesis nol atau hipotesis statistik, sebab menunjukkan tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan. Hipotesis ini berfungsi sebagai dasar pengujian.

Hipotesis nomor dua dalam contoh-contoh di atas dinamakan hipotesis penelitian, yakni hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui testing hipotesis nol. Hipotesis nomor dua termasuk hipotesis penelitian tak berarah, sebab tidak menunjukkan arah hubungan atau arah perbedaan. Hipotesis semacam ini kurang tajam dan menunjukkan kelemahan peneliti dalam kajian teoritisnya.

Hipotesis nomor 2.1 dan 2.2 dalam contoh-contoh di atas termasuk hipotesis penelitian berarah, yakni hipotesis yang menetapkan arah kesimpulan yang diharapkan. Hipotesis penelitian ini mempunyai alasan kuat dan rasional untuk mengharapkan terjadinya hubungan khusus atau perbedaan khusus antara dua kelompok. Melalui testing hipotesis nol, peneliti akan mengetahui, arah kesimpulan manakah yang terbukti kebenarannya.

Mengingat bahwa jawaban kategori pertama adalah hipotesis nol, yakni hipotesis pengujian, artinya bukan harapan peneliti, maka kemungkinan jawaban tinggal dua pilihan, yakni kecendrungan lebih besar/lebih tinggi atau lebih kecil/lebih rendah. Pilihan mana di antara dua kemungkinan itu, bergantung pada analisis teori pengetahuan ilmiah melalui penalaran teori.

Menguji Hipotesis
Hipotesis penelitian, baik yang diturunkan dari berpikir deduktif maupun berpikir induktif, masih perlu diuji kebenarannya. Pengujian tersebut dilakukan melalui data empiris. Caranya ialah dengan mengadakan verifikasi data di lapangan.

Artinya peneliti mengumpulkan data di lapangan yang bisa dilakukan dalam dua cara, yakni: Pertama, peneliti secara sengaja melakukan suatu tindakan yang dapat memunculkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Cara ini disebut ekperimen. Kedua, peneliti mencari data atau gejala atau peristiwa sejenis yang telah dilakukan orang lain. Dalam cara ini peneliti tidak perlu melakukan eksperimen, sebab data yang diharapkan bisa diperoleh langsung di lapangan sebagai hasil dari perlakuan orang lain.

Ciri Hipotesis yang Baik
Menyatakan hipotesis penelitian tidak saja harus jelas rumusannya, tetapi yang lebih adalah makna yang terkandung dari variabel yang terdapat dalam hipotesis tersebut, terutama hubungan-hubungan variabel penelitian. Hubungan variabel harus logis, artinya harus dapat dijelaskan oleh penalaran.

Hipotesis yang baik apabila:
Hipotesis mempunyai kekuatan untuk menjelaskan suatu gejala. Kekuatan menjelaskan suatu gejala mengandung pengertian bahwa hipotesis tersebut variabel-variabelnya menyatakan hubungan rasional sehingga mampu memberikan penjelasan terhadap pemecahan masalah penelitian.

Variabel dalam hipotesis dinyatakan dalam kondisi tertentu.

Hipotesis harus dapat dapat diuji. Dapat tidaknya suatu hipotesis dilakukan pengujian, bergantung kepada variabelnya. Hipotesis dapat diuji apabila variabel yang terdapat dalam rumusan hipotesis tersebut dapat diukur dan hasil pengukurannya cukup sahih (valid) dan andal (reliable). Hasil pengukuran variabel dinyatakan dalam skala hasil pengukuran.

Hipotesis tidak bertentangan dengan teori yang sudah mapan. Terlepas dari apakah teori yang sudah teruji kebenarannya cocok atau tidak dengan kondisi tertentu di lapangan, hipotesis harus tetap berpegang teguh kepada teori yang telah mapan atau yang kebenarannya yang telah diterima secara universal.

Dalam penelitian, bagaimanapun baiknya hipotesis, bisa saja tidak terbukti kebenarannya. Artinya, data yang diverifikasi secara empiris tidak menunjukkan bukti-bukti yang kuat untuk menerima hipotesis penelitian. Sungguhpun demikian, kita tidak perlu menyalahkan teori. Lebih baik membahas kemungkinan-kemungkinan lain di luar kesalahan teori yang digunakan sebagai rujukan hipotesis.


DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987

No comments:

Post a Comment