Thursday, July 1, 2010

BAB V: APA DAN BAGAIMANA VERIFIKASI DATA

with a thank you to Dosen Aan.

 
BAB V  APA DAN BAGAIMANA VERIFIKASI DATA

 
Verifikasi data atau proses pengumpulan data sangat diperlukan agar diperoleh data yang relevan untuk menguji hipotesis. Dalam kerangka berpikir ilmiah, verifikasi data termasuk berpikir empiris yang dilakukan setelah berpikir rasional selesai sampai membuahkan hipotesis. Proses verifikasi data dimulai dari pengamatan di lapangan untuk memperoleh data, yakni informasi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Data yang dimaksud, dapat berupa data kuantitatif (ukuran jumlah dalam bentuk angka-angka) atau data kualitatif (baik, sedang, kurang).

 
Tanpa data yang benar dan akurat, dapat menyebabkan pengujian hipotesis bisa keliru sehingga kesimpulan yang diperoleh pun bisa salah. Untuk itu alat pengumpul data yang digunakan (instrumen) dan sumber untuk memperoleh data (sampel) haruslah tepat guna memperoleh kebenaran dari data tersebut.

 
Di samping bergantung kepada kebenaran dan ketepatan data, kecermatan data dalam menganalisis juga bagian yang tidak terpisahkan. Oleh karenanya ada tiga (3) hal dalam verifikasi data, yaitu:
  • Metode dan teknik pengumpulan data (metode dan instrumen)
  • Sampel atau sumber data
  • Teknik analisis data


Menetapkan ketiga unsur pokok di atas dalam rangka memperoleh data yang diperlukan untuk menguji hipotesis memerlukan pertimbangan yang cermat dan akurat. Kecermatan dan keakuratan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

 
hakikat variabel yang diteliti, dalam pengertian apakah variabel yang akan diteliti telah terjadi atau harus terlebih dahulu diadakan perlakuan manupulasi oleh peneliti.

 
definisi konsep dan definisi operasional setiap variabel yang diteliti. Kejelasan definisi akan menentukan jenis data yang diperlukan dan alat yang harus digunakan. Misalnya variabel, yang diteliti adalah efektifitas pengiriman pesan melalui email. Definisi konsep yang diberikan efektifitas pengiriman pesan melalui email adalah kemampuan waktu yang dibutuhkan agar pesan tersebut segera diterima oleh si penerima.

 
masalah dan tujuan penelitian jawaban apa yang dikehendaki dari pertanyaan penelitian, dan untuk apa manfaat ditemukannya jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Informasi ini akan memberi petunjuk terhadap jenis data, sumber data dan analisis data.

 
Dengan berpedoman kepada rambu-rambu di atas, diharapkan penentuan, pemilihan, dan penggunaan metode dan instrumen, sumber data dan teknik analisis data tidak serabutan sehingga data yang diperoleh bermakna untuk menguji hipotesis.

 
Metode dan Instrumen
Metode dan instrumen dalam penelitian berkenaan dengan cara bagaimana memperoleh data yang diperlukan. Metode lebih menekankan kepada strategi, proses dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan. Sedangkan instrumen menekankan kepada alat atau cara untuk menjaring data yang dibutuhkan.

 
Beberapa metode yang dikenal dalam penelitian antara lain metode penelitian historis, deskriptif, ex post facto, dan eksperimen.

 
Metode penelitian histroris digunakan apabila peneliti bermaksud mengungkapkan peristiwa atau kejadian pada masa lalu. Contohnya, studi dokumenter. Keabsahan metode ini ditentukan oleh sumber datanya dan keakuratan dalam membuat interpertasi data sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya.

 
Metode penelitian deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Termasuk dalam metode ini adalah studi kasus, survai, studi pengembangan, studi korelasi.

 
Metode penelitian ex post facto lebih ditujukan untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih, di mana variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya melalui perlakuan orang lain. Ex post facto artinya sesudah fakta. Dalam penelitian ini tidak perlu melakukan manipulasi terhadap variabel bebas, sebab manipulasi telah terjadi oleh orang lain sebelum penelitian dilakukan. Masalah dan kajian yang umumnya dilakukan dalam metode ini antara lain melihat bagaimana hubungan antara . . . dengan . . ., adakah pengaruh . . . terhadap . . ., bagaimana dampak dari . . . terhadap . . ., sejauh mana sumbangan atau kontribusi . . . terhadap . . . .

 
Seperti halnya metode ex post facto, metode eksperimen mengkaji hubungan dua variabel atau lebih namun yang menjadi perbedaannya adalah dalam hal variabel bebas. Pada eksperimen ini peneliti harus melakukan manipulasi atau perlakuan terhadap variabel bebas, melakukan pengukuran sendiri terhadap variabel bebas dan variabel terikat, misalnya metode diskusi terhadap memecahkan masalah. Metode diskusi adalah variabel bebas yang oleh peneliti akan dilihat pengaruhnya terhadap kemampuan memecahkan masalah sebagai variabel terikat. Bila menggunakan metode eksperimen, maka si peneliti harus mengintroduksi metode diskusi, kemudian Ia mengukur hasilnya melalui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

 
Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data. Alat ini harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Instrumen sebagai alat pengumpul data pada hakikatnya adalah mengukur variabel penelitian. Instrumen yang lazim digunakan dalam penelitian antara lain kuesioner, observasi dan tes.

 
Sebagai alat pengumpul data, instrumen sangat penting peranannya. Karena tanpa instrumen yang baik, tidak dapat memperoleh data yang betul-betul dapat dipercaya sehingga bisa mengakibatkan kesimpulan penelitian yang salah.

 
Untuk menyusun instrumen yang baik, harus dipikirkan terlebih dahulu jenis data apa yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Contoh instrumen yang telah dibakukan, seperti tes intelegensi, sedang yang biasanya belum baku adalah instrumen yang dibuat oleh para peneliti dalam melakukan penelitian masalah tertentu.

 
Ada empat hasil skala pengukuran untuk membuktikan hipotesis tersebut, yaitu skala nominal atau penggolongan, skala ordinal (penggolongan dan urutan), skala interval (memiliki sifat penggolongan, urutan dan jarak) dan skala rasio (memiliki sifat penggolongan, urutan, jarak dan rasio).

 
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling sederhana, sebab hanya mengkategorikan objek atau individu ke dalam data kualitatif bukan kuantitatif. Dalam skala ini, yang penting adalah kriteria yang dipakai untuk membedakan kategori, misalnya kategori jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama dan bahasa. Sekalipun untuk setiap jenis kategori dibuat simbol angka, angka itu tidak mempunyai makna lain kecuali label penggolongan. Misalnya angka 1 untuk kategori pria dan angka 2 untuk kategori wanita.

 
Skala ordinal menunjuk pada pengertian posisi relatif individu atau objek yang diteliti. Tentu saja skala ordinal memiliki sifat nominal atau kategori. Kategori tersebut diurutkan posisinya berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, urutan banyaknya pengunjung koperasi adalah sebagai berikut:
Pegawai negeri
Pedagang
Petani
Pelajar

 
Angka-angka di atas menunjukkan urutan (ranking) sehingga dapat diartikan bahwa pegawai negeri lebih banyak mengunjungi koperasi daripada yang lain. Namun dalam hal ini, jarak urutan 1 dan 2 tidak mempunyai makna sama dengan jarak 2 dan 3, karena dalam skala ordinal, nomor urutan tidak berarti mempunyai interval yang sama.

 
Skala interval adalah skala yang memberi atau mempunyai jarak yang sama dari suatu titik asal yang tetap. Dalam skala interval, sifat nominal dan sifat ordinalnya berada di dalamnya. Hubungan dan urutan serta jarak antara angka-angka dalam skala interval mempunyai arti tersendiri. Misalnya, perbedaan skor siswa antara 70 dengan 80 mengandung makna yang sama dengan perbedaan skor 40 dan 50.

 
Skala rasio adalah skala yang tertinggi, sebab mempunyai titik nol sejati dan mempunyai interval sama. Pengukuran dengan menggunakan alat ukur baku seperti cm untuk mengukur panjang dan tinggi, ons untuk berat, menghasilkan skala rasio. Semua prosedur matematika dan statistika dapat digunakan dalam mengolah data skala rasio.

 
Dalam mengetahui sifat-sifat hasil pengukuran di atas, maka dalam penelitian hendaknya sudah dapat diramalkan bahwa pengukuran variabel penelitian akan menghasilkan data dalam bentuk skala yang mana. Memperhatikan empat skala di atas kiranya akan lebih aman apabila penelitian diarahkan kepada perolehan data dalam bentuk skala rasio, atau setidak-tidaknya skala interval. Melalui skala ini, pengolahan dan analisis data bisa dilakukan dalam banyak cara sehingga makna yang diperolehnya lebih kaya dan lebih berdaya guna.

 
Contoh:
Siswa dalam beberapa sekolah tingkat SMP akan diteliti prestasi belajarnya. Lihat tabel di bawah ini.

 
Asal Sekolah 1 Banyaknya Siswa 2 Urutan Asal Sekolah 3 Nilai rata-rata 4 Urutan nilai 5
1. SMP Negeri 13 2 60 1
2. SMP Swasta 15 1 45 2
3. SMP Terbuka 10 4 30 3
4. SMP Bersubsidi 12 3 40 4

 
Angka-angka pada kolom 1 semata-mata menyatakan kategori atau penggolongan asal sekolah, artiya skala nominal, sehingga tidak menyatakan harga atau nilai. Demikian juga kolom 2 bukan harga, melainkan jumlah tiap golongan. Angka pada kolom 3 menyatakan nomor urut berdasarkan jumlah yang paling banyak, artinya skala ordinal. Angka pada kolom 4 mempunyai harga, atau skala interval. Di sini ada sifat penggolongan, urutan (lihat kolom 5), dan mempunyai sifat jarak nilai atau harga. Skala rasio bisa diperoleh dengan membandingkan skala interval, misalnya 30 = setengah dari 60. Artinya, nilai rata-rata yang diperoleh siswa asal SMP terbuka, setengah dari nilai rata-rata nilai anak SMP negeri.

 
Membandingkan hasil skala pengukuran di atas, maka penelitian akan lebih berarti apabila digunakan data dalam bentuk skala interval dan skala rasio. Namun, tidaklah berarti bahwa data dalam bentuk skala nominal dan ordinal tidak diperlukan. Data nominal dan ordinal terbatas penggunaannya dan analisisnya. Data skala interval dan rasio memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif sehingga analisisnya lebih luas dan dalam.

 
Penetapan instrumen penelitian harus didasarkan atas pertimbangan jenis skala pengukuran yang diinginkan. Sebagai contoh, untuk menyaring data nominal berapa banyaknya siswa SMA berdasarkan hasil SMTP-nya, perlu digunakan kuesioner atau checklist. Namun, bila ingin memperoleh data hasil belajar dalam bentuk skala interval, peneliti harus menggunakan tes hasil belajar. Untuk data ordinal, dalam hal urutan jumlah siswa asal SMTP (contoh di atas), kuesioner dapat digunakan setelah menghitung frekuensi hasil skala nominal. Ada tiga kategori utama instrumen penelitian, yakni:

 
Kuesioner dan wawancara yang bentuknya bisa dibuat beberapa jenis isian seperti daftar isian, checklist, daftar inventory, skala penilaian.

 
Observasi, yang dibedakan menjadi observasi atau pengamatan langsung, observasi dengan menggunakan alat (tidak langsung) dan observasi partisipasi.

 
Tes, yang terdiri dari beberapa macam sesuai dengan keperluannya, seperti tes psikologi, tes kepribadian, tes prestasi belajar.

 
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian merupakan sumber data. Artinya sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subjek, gejala atau objek. Sifat dan karakteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih dan dipersiapkan oleh peneliti. Populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tak dapat dihitung jumlah dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti. Oleh karena itu, dipilih sebagian saja asal memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya. Proses menarik sebagian subjek, gejala atau objek yang ada pada populasi disebut sampel.

 
Mengingat luasnya populasi, peneliti bisa membatasi populasi sehingga mudah dalam menarik sampel. Pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan populasi sasaran (target population) dan populasi terjangkau (accessible population). Misalkan penelitian mengenai penggunaan internet sebagai media pembelajaran oleh siswa, seperti yang terlihat di bawah ini.

 
Contoh tersebut menunjukkan bahwa pembatasan dilakukan dalam hal tingkatan (degree), ruang, waktu dan mungkin karakteristik lainnya.

 
Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian di samping pertimbangan waktu, tenaga dan pembiayaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti dihadapkan kepada persoalan yang berkenaan dengan teknik penaraikan sampel, besarnya sampel, keabsahan sampel untuk menaksir sifat dan karakteristik populasi. Dengan kejelasan persoalan tersebut, peneliti memperoleh sampel yang representative. Artinya, sifat dan karakteristik populasinya.

 
Analisis Data
Melalui instrumen, data yang kita inginkan dapat kita peroleh dari unsur-unsur sampel. Persoalan berikut adalah: untuk apa data itu, dan harus dibagaimanakan?

 
Data diperlukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Ini tidak berarti bahwa data sengaja diupayakan agar mendukung dan membenarkan hipotesis sekalipun kenyataanya data tersebut bertolak belakang dengan hipotesis. Data harus tetap sebagaimana adanya.

 
Proses penyusunan, pengaturan dan pengolahan data agar dapat digunakan untuk membenarkan atau menyalahkan hipotesis disebut pengolahan dan analisis data. Dengan pengolahan ini, bermaksud pengubahan data kasar menjadi data yang lebih halus, lebih bermakna, sedangkan analisis dimaksudkan untuk mengkaji data dalam hubungannya dengan keperluan pengujian hipotesis penelitian. Alat yang digunakan untuk mengolah data dan menganalisis data adalah statistika.

 
Dalam mengolah data biasanya ditempuh langkah dan prosedur sebagai berikut:
Mebersihkan data, artinya memeriksa kembali jawaban responden, apakah setiap pertanyaan dijawabnya; kalau dijawab, apakah cara menjawabnya betul, dan lain-lain.

 
Mebuat koding, artinya member tanda atau kode agar mudah memeriksa jawaban. Untuk keperluan koding ini sangat diperlukan.

 
Melakukan skoring atau pemberian angka, khususnya kepada data yang dikuantifikasikan dan menghitungnya untuk setiap jawaban responden.

 
Menggolongkan kategori jawaban dalam tabel-tabel, baik table frekuensi maupun tabel skor atau nilai, sesuai dengan keperluan.

 
Mengolah atau menghitung data dengan statistik deskriptif seperti proporsi, ranking, nilai rata-rata hitung, modus, median, simpangan baku, dan variansi, sesuai dengan kepetingan penelitian.

 
Mendeskripsikan hasil-hasil perhitungan tersebut dalam bentuk tabel, grafik dan lain-lain.

 
Membuat interpretasi hasil pengolahan tersebut dalam bentuk pernyataan-pernyataan verbal sesuai dengan permasalahan penelitian.

 
Analisis data lebih lanjut untuk uji hipotesis.

 

 
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987

No comments:

Post a Comment