with a thank you to Dosen Aan.
BAB VI APA DAN BAGAIMANA SKRIPSI
Kerangka berpikir ilmiah tercermin dalam langkah-langkah penelitian, yakni perumusan masalah, teori dan hipotesis, metodologi penelitian, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut menjadi satu kesatuan yang bulat, dan isi setiap langkah menunjukkan adanya konsistensi pemikiran.
Kerangka Dasar
Mahasiswa yang akan menyusun karya ilmiah dalam bentuk skripsi hendaknya memahami terlebih dahulu proses dan kerangka dasar berpikir ilmiah yang dituangkan dalam alur-alur pikir penelitian. Dengan kerangka dasar berpikir tersebut mahasiswa akan lebih terarah dalam merancang isi karya ilmiahnya dan akan tahu apa yang harus dilakukannya.
Kerangka dasar itu dimulai dari tahapan rumusan masalah dan dari mana masalah itu diperoleh, rumusan hipotesis dan darimana hipotesis itu diturunkan, verifikasi data empiris dan bagaimana memperolehnya, pengujian hipotesis dan persyaratan yang harus dipenuhi sebelumnya sampai kepada penulisan akhir dalam bentuk skripsi.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Proses identifikasi masalah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu deduksi, yakni dengan analisis teoritis dan cara ke-2 disebut dengan cara induksi, yakni dimulai dari pengamatan empiris.
Melalui cara tersebut kita dapat menemukan masalah, lalu merumuskannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, dan dalam rumusan tersebut, variabel penelitian harus tergambarkan.
Identifikasi kemungkinan-kemungkinan jawaban dari setiap pertanyaan tersebut dengan melakukan analisis teori-teori, prinsip, hukum dari ilmu pengetahuan yang menunjang tema permasalahan tersebut.
Dari setiap kemungkinan jawaban yang ditemukan dan atas pertimbangan rasional kita setelah mengkaji teori, hukum, prinsip keilmuan, tetapkan kemungkinan mana yang paling mendekati jawabannya. Rumuskanlah kemungkinan ini sebagai hipotesis penelitian.
Rencanakan data apa yang harus diperoleh untuk menguji hipotesis tersebut, dari mana data itu diperoleh dan bagaimana caranya.
Setelah ditemukan gambaran masalah, teori dan hipotesis, dan verifikasi data di lapangan, buatlah usulan penelitian untuk diajukan kepada sponsor atau Ketua Jurusan untuk meminta petunjuk dan komentar serta pengesahannya.
Setelah instrumen alat pengumpul data disetujui sponsor, tentunya melalui uji coba, dan telah diperoleh izin penelitian, mahasiswa turun ke lapangan untuk mengumpulkan data.
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis kemudian hipotesis diuji, hasilnya disimpulkan, dibahas secara teoritis, berikan saran lebih lanjut.
Tulislah rangkaian kegiatan diatas dalam satu sistematika penulisan.
Isi dan sistematika
Isi skripsi terdiri dari 3 bagian pokok, yakni bagian pendahuluan, bagian isi skripsi dan bagian penutup.
Bagian pendahuluan terdiri dari hal-hal (diurutkan) sebagai berikut:
Jilid (muka dan belakang)
Lembaran persetujuan pembimbing.
Halaman motto (kalau ada)
Curriculum vitae penulis (kalau ada)
Abstrak (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris kalau diharuskan)
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar foto dan atau gambar (kalau ada)
Kata Pengantar
Bagian isi terdiri dari beberapa bab, dan setiap bab terdiri beberapa butir pembahasan.
BAB I : PENGAJUAN MASALAH
Latar belakang masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Definisi Operasional
Tujuan dan kegunaan penelitian
BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Hasil penelitian yang relevan
Kerangka berpikir
Perumusan hipotesis
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan khusus penelitian
Metode dan desain penelitian
Instrumen penelitian
Sampel penelitian
Teknik analisis data
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Variabel yang diteliti
Deksripsi hasil analisis data
Pengujian Hipotesis
Pembahasan hasil pengujian hipotesis
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Rangkuman penelitian
Kesimpulan dan implikasinya
Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Penulisan bab isi yang biasa digunakan di STMIK STIKOM BALI tidak jauh berbeda dengan bentuk diatas hanya terdapat penyesuaian-penyesuaian dalam tiap babnya.
BAB I : PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Tujuan penelitian
Rumusan masalah
Batasan masalah
Sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Teori
BAB III : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Rancangan umum
Uraian perancangan
Perancangan proses
Perancangan antarmuka
BAB IV : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Pengujian sistem
Analisa program
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan implikasinya
Saran-saran
Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kelima bab yang dikemukakan di atas adalah persyaratan minimal yang diturunkan atas dasar kerangka berpikir ilmiah. Jika dipandang perlu, bisa ditambah lagi asalkan tidak menganggu kerangkan makna yang terkandung dalam berpikir ilmiah. Demikian pula isi setiap bab bisa ditambah sesuai dengan keperluan, biasanya bergantung kepada selera sponsor, atau mengikuti aturann yang telah dibakukan oleh universitas, fakultas atau jurusan.
Bagian penutup terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran skripsi. Lampiran yang perlu ada ialah intrumen penelitian, hasil pengolahan data dan perhitungan-perhitungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987
http://v091pauladewanti.blogspot.com/2010/07/bab-v-apa-dan-bagaimana-verifikasi-data.html
http://v091pauladewanti.blogspot.com/2010/07/bab-iv-apa-dan-bagaimana-hipotesis.html
http://v091pauladewanti.blogspot.com/2010/04/merumuskan-masalah.html
http://v091pauladewanti.blogspot.com/2010/03/berpikir-ilmiah.html
http://v091pauladewanti.blogspot.com/2010/03/metode-penulisan-ilmiah.html
Showing posts with label MPI. Show all posts
Showing posts with label MPI. Show all posts
Thursday, July 1, 2010
BAB V: APA DAN BAGAIMANA VERIFIKASI DATA
with a thank you to Dosen Aan.
BAB V APA DAN BAGAIMANA VERIFIKASI DATA
Verifikasi data atau proses pengumpulan data sangat diperlukan agar diperoleh data yang relevan untuk menguji hipotesis. Dalam kerangka berpikir ilmiah, verifikasi data termasuk berpikir empiris yang dilakukan setelah berpikir rasional selesai sampai membuahkan hipotesis. Proses verifikasi data dimulai dari pengamatan di lapangan untuk memperoleh data, yakni informasi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Data yang dimaksud, dapat berupa data kuantitatif (ukuran jumlah dalam bentuk angka-angka) atau data kualitatif (baik, sedang, kurang).
Tanpa data yang benar dan akurat, dapat menyebabkan pengujian hipotesis bisa keliru sehingga kesimpulan yang diperoleh pun bisa salah. Untuk itu alat pengumpul data yang digunakan (instrumen) dan sumber untuk memperoleh data (sampel) haruslah tepat guna memperoleh kebenaran dari data tersebut.
Di samping bergantung kepada kebenaran dan ketepatan data, kecermatan data dalam menganalisis juga bagian yang tidak terpisahkan. Oleh karenanya ada tiga (3) hal dalam verifikasi data, yaitu:
Menetapkan ketiga unsur pokok di atas dalam rangka memperoleh data yang diperlukan untuk menguji hipotesis memerlukan pertimbangan yang cermat dan akurat. Kecermatan dan keakuratan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
hakikat variabel yang diteliti, dalam pengertian apakah variabel yang akan diteliti telah terjadi atau harus terlebih dahulu diadakan perlakuan manupulasi oleh peneliti.
definisi konsep dan definisi operasional setiap variabel yang diteliti. Kejelasan definisi akan menentukan jenis data yang diperlukan dan alat yang harus digunakan. Misalnya variabel, yang diteliti adalah efektifitas pengiriman pesan melalui email. Definisi konsep yang diberikan efektifitas pengiriman pesan melalui email adalah kemampuan waktu yang dibutuhkan agar pesan tersebut segera diterima oleh si penerima.
masalah dan tujuan penelitian jawaban apa yang dikehendaki dari pertanyaan penelitian, dan untuk apa manfaat ditemukannya jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Informasi ini akan memberi petunjuk terhadap jenis data, sumber data dan analisis data.
Dengan berpedoman kepada rambu-rambu di atas, diharapkan penentuan, pemilihan, dan penggunaan metode dan instrumen, sumber data dan teknik analisis data tidak serabutan sehingga data yang diperoleh bermakna untuk menguji hipotesis.
Metode dan Instrumen
Metode dan instrumen dalam penelitian berkenaan dengan cara bagaimana memperoleh data yang diperlukan. Metode lebih menekankan kepada strategi, proses dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan. Sedangkan instrumen menekankan kepada alat atau cara untuk menjaring data yang dibutuhkan.
Beberapa metode yang dikenal dalam penelitian antara lain metode penelitian historis, deskriptif, ex post facto, dan eksperimen.
Metode penelitian histroris digunakan apabila peneliti bermaksud mengungkapkan peristiwa atau kejadian pada masa lalu. Contohnya, studi dokumenter. Keabsahan metode ini ditentukan oleh sumber datanya dan keakuratan dalam membuat interpertasi data sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya.
Metode penelitian deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Termasuk dalam metode ini adalah studi kasus, survai, studi pengembangan, studi korelasi.
Metode penelitian ex post facto lebih ditujukan untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih, di mana variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya melalui perlakuan orang lain. Ex post facto artinya sesudah fakta. Dalam penelitian ini tidak perlu melakukan manipulasi terhadap variabel bebas, sebab manipulasi telah terjadi oleh orang lain sebelum penelitian dilakukan. Masalah dan kajian yang umumnya dilakukan dalam metode ini antara lain melihat bagaimana hubungan antara . . . dengan . . ., adakah pengaruh . . . terhadap . . ., bagaimana dampak dari . . . terhadap . . ., sejauh mana sumbangan atau kontribusi . . . terhadap . . . .
Seperti halnya metode ex post facto, metode eksperimen mengkaji hubungan dua variabel atau lebih namun yang menjadi perbedaannya adalah dalam hal variabel bebas. Pada eksperimen ini peneliti harus melakukan manipulasi atau perlakuan terhadap variabel bebas, melakukan pengukuran sendiri terhadap variabel bebas dan variabel terikat, misalnya metode diskusi terhadap memecahkan masalah. Metode diskusi adalah variabel bebas yang oleh peneliti akan dilihat pengaruhnya terhadap kemampuan memecahkan masalah sebagai variabel terikat. Bila menggunakan metode eksperimen, maka si peneliti harus mengintroduksi metode diskusi, kemudian Ia mengukur hasilnya melalui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data. Alat ini harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Instrumen sebagai alat pengumpul data pada hakikatnya adalah mengukur variabel penelitian. Instrumen yang lazim digunakan dalam penelitian antara lain kuesioner, observasi dan tes.
Sebagai alat pengumpul data, instrumen sangat penting peranannya. Karena tanpa instrumen yang baik, tidak dapat memperoleh data yang betul-betul dapat dipercaya sehingga bisa mengakibatkan kesimpulan penelitian yang salah.
Untuk menyusun instrumen yang baik, harus dipikirkan terlebih dahulu jenis data apa yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Contoh instrumen yang telah dibakukan, seperti tes intelegensi, sedang yang biasanya belum baku adalah instrumen yang dibuat oleh para peneliti dalam melakukan penelitian masalah tertentu.
Ada empat hasil skala pengukuran untuk membuktikan hipotesis tersebut, yaitu skala nominal atau penggolongan, skala ordinal (penggolongan dan urutan), skala interval (memiliki sifat penggolongan, urutan dan jarak) dan skala rasio (memiliki sifat penggolongan, urutan, jarak dan rasio).
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling sederhana, sebab hanya mengkategorikan objek atau individu ke dalam data kualitatif bukan kuantitatif. Dalam skala ini, yang penting adalah kriteria yang dipakai untuk membedakan kategori, misalnya kategori jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama dan bahasa. Sekalipun untuk setiap jenis kategori dibuat simbol angka, angka itu tidak mempunyai makna lain kecuali label penggolongan. Misalnya angka 1 untuk kategori pria dan angka 2 untuk kategori wanita.
Skala ordinal menunjuk pada pengertian posisi relatif individu atau objek yang diteliti. Tentu saja skala ordinal memiliki sifat nominal atau kategori. Kategori tersebut diurutkan posisinya berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, urutan banyaknya pengunjung koperasi adalah sebagai berikut:
Pegawai negeri
Pedagang
Petani
Pelajar
Angka-angka di atas menunjukkan urutan (ranking) sehingga dapat diartikan bahwa pegawai negeri lebih banyak mengunjungi koperasi daripada yang lain. Namun dalam hal ini, jarak urutan 1 dan 2 tidak mempunyai makna sama dengan jarak 2 dan 3, karena dalam skala ordinal, nomor urutan tidak berarti mempunyai interval yang sama.
Skala interval adalah skala yang memberi atau mempunyai jarak yang sama dari suatu titik asal yang tetap. Dalam skala interval, sifat nominal dan sifat ordinalnya berada di dalamnya. Hubungan dan urutan serta jarak antara angka-angka dalam skala interval mempunyai arti tersendiri. Misalnya, perbedaan skor siswa antara 70 dengan 80 mengandung makna yang sama dengan perbedaan skor 40 dan 50.
Skala rasio adalah skala yang tertinggi, sebab mempunyai titik nol sejati dan mempunyai interval sama. Pengukuran dengan menggunakan alat ukur baku seperti cm untuk mengukur panjang dan tinggi, ons untuk berat, menghasilkan skala rasio. Semua prosedur matematika dan statistika dapat digunakan dalam mengolah data skala rasio.
Dalam mengetahui sifat-sifat hasil pengukuran di atas, maka dalam penelitian hendaknya sudah dapat diramalkan bahwa pengukuran variabel penelitian akan menghasilkan data dalam bentuk skala yang mana. Memperhatikan empat skala di atas kiranya akan lebih aman apabila penelitian diarahkan kepada perolehan data dalam bentuk skala rasio, atau setidak-tidaknya skala interval. Melalui skala ini, pengolahan dan analisis data bisa dilakukan dalam banyak cara sehingga makna yang diperolehnya lebih kaya dan lebih berdaya guna.
Contoh:
Siswa dalam beberapa sekolah tingkat SMP akan diteliti prestasi belajarnya. Lihat tabel di bawah ini.
Asal Sekolah 1 Banyaknya Siswa 2 Urutan Asal Sekolah 3 Nilai rata-rata 4 Urutan nilai 5
1. SMP Negeri 13 2 60 1
2. SMP Swasta 15 1 45 2
3. SMP Terbuka 10 4 30 3
4. SMP Bersubsidi 12 3 40 4
Angka-angka pada kolom 1 semata-mata menyatakan kategori atau penggolongan asal sekolah, artiya skala nominal, sehingga tidak menyatakan harga atau nilai. Demikian juga kolom 2 bukan harga, melainkan jumlah tiap golongan. Angka pada kolom 3 menyatakan nomor urut berdasarkan jumlah yang paling banyak, artinya skala ordinal. Angka pada kolom 4 mempunyai harga, atau skala interval. Di sini ada sifat penggolongan, urutan (lihat kolom 5), dan mempunyai sifat jarak nilai atau harga. Skala rasio bisa diperoleh dengan membandingkan skala interval, misalnya 30 = setengah dari 60. Artinya, nilai rata-rata yang diperoleh siswa asal SMP terbuka, setengah dari nilai rata-rata nilai anak SMP negeri.
Membandingkan hasil skala pengukuran di atas, maka penelitian akan lebih berarti apabila digunakan data dalam bentuk skala interval dan skala rasio. Namun, tidaklah berarti bahwa data dalam bentuk skala nominal dan ordinal tidak diperlukan. Data nominal dan ordinal terbatas penggunaannya dan analisisnya. Data skala interval dan rasio memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif sehingga analisisnya lebih luas dan dalam.
Penetapan instrumen penelitian harus didasarkan atas pertimbangan jenis skala pengukuran yang diinginkan. Sebagai contoh, untuk menyaring data nominal berapa banyaknya siswa SMA berdasarkan hasil SMTP-nya, perlu digunakan kuesioner atau checklist. Namun, bila ingin memperoleh data hasil belajar dalam bentuk skala interval, peneliti harus menggunakan tes hasil belajar. Untuk data ordinal, dalam hal urutan jumlah siswa asal SMTP (contoh di atas), kuesioner dapat digunakan setelah menghitung frekuensi hasil skala nominal. Ada tiga kategori utama instrumen penelitian, yakni:
Kuesioner dan wawancara yang bentuknya bisa dibuat beberapa jenis isian seperti daftar isian, checklist, daftar inventory, skala penilaian.
Observasi, yang dibedakan menjadi observasi atau pengamatan langsung, observasi dengan menggunakan alat (tidak langsung) dan observasi partisipasi.
Tes, yang terdiri dari beberapa macam sesuai dengan keperluannya, seperti tes psikologi, tes kepribadian, tes prestasi belajar.
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian merupakan sumber data. Artinya sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subjek, gejala atau objek. Sifat dan karakteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih dan dipersiapkan oleh peneliti. Populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tak dapat dihitung jumlah dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti. Oleh karena itu, dipilih sebagian saja asal memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya. Proses menarik sebagian subjek, gejala atau objek yang ada pada populasi disebut sampel.
Mengingat luasnya populasi, peneliti bisa membatasi populasi sehingga mudah dalam menarik sampel. Pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan populasi sasaran (target population) dan populasi terjangkau (accessible population). Misalkan penelitian mengenai penggunaan internet sebagai media pembelajaran oleh siswa, seperti yang terlihat di bawah ini.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa pembatasan dilakukan dalam hal tingkatan (degree), ruang, waktu dan mungkin karakteristik lainnya.
Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian di samping pertimbangan waktu, tenaga dan pembiayaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti dihadapkan kepada persoalan yang berkenaan dengan teknik penaraikan sampel, besarnya sampel, keabsahan sampel untuk menaksir sifat dan karakteristik populasi. Dengan kejelasan persoalan tersebut, peneliti memperoleh sampel yang representative. Artinya, sifat dan karakteristik populasinya.
Analisis Data
Melalui instrumen, data yang kita inginkan dapat kita peroleh dari unsur-unsur sampel. Persoalan berikut adalah: untuk apa data itu, dan harus dibagaimanakan?
Data diperlukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Ini tidak berarti bahwa data sengaja diupayakan agar mendukung dan membenarkan hipotesis sekalipun kenyataanya data tersebut bertolak belakang dengan hipotesis. Data harus tetap sebagaimana adanya.
Proses penyusunan, pengaturan dan pengolahan data agar dapat digunakan untuk membenarkan atau menyalahkan hipotesis disebut pengolahan dan analisis data. Dengan pengolahan ini, bermaksud pengubahan data kasar menjadi data yang lebih halus, lebih bermakna, sedangkan analisis dimaksudkan untuk mengkaji data dalam hubungannya dengan keperluan pengujian hipotesis penelitian. Alat yang digunakan untuk mengolah data dan menganalisis data adalah statistika.
Dalam mengolah data biasanya ditempuh langkah dan prosedur sebagai berikut:
Mebersihkan data, artinya memeriksa kembali jawaban responden, apakah setiap pertanyaan dijawabnya; kalau dijawab, apakah cara menjawabnya betul, dan lain-lain.
Mebuat koding, artinya member tanda atau kode agar mudah memeriksa jawaban. Untuk keperluan koding ini sangat diperlukan.
Melakukan skoring atau pemberian angka, khususnya kepada data yang dikuantifikasikan dan menghitungnya untuk setiap jawaban responden.
Menggolongkan kategori jawaban dalam tabel-tabel, baik table frekuensi maupun tabel skor atau nilai, sesuai dengan keperluan.
Mengolah atau menghitung data dengan statistik deskriptif seperti proporsi, ranking, nilai rata-rata hitung, modus, median, simpangan baku, dan variansi, sesuai dengan kepetingan penelitian.
Mendeskripsikan hasil-hasil perhitungan tersebut dalam bentuk tabel, grafik dan lain-lain.
Membuat interpretasi hasil pengolahan tersebut dalam bentuk pernyataan-pernyataan verbal sesuai dengan permasalahan penelitian.
Analisis data lebih lanjut untuk uji hipotesis.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987
- Metode dan teknik pengumpulan data (metode dan instrumen)
- Sampel atau sumber data
- Teknik analisis data
Menetapkan ketiga unsur pokok di atas dalam rangka memperoleh data yang diperlukan untuk menguji hipotesis memerlukan pertimbangan yang cermat dan akurat. Kecermatan dan keakuratan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
Metode dan instrumen dalam penelitian berkenaan dengan cara bagaimana memperoleh data yang diperlukan. Metode lebih menekankan kepada strategi, proses dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan. Sedangkan instrumen menekankan kepada alat atau cara untuk menjaring data yang dibutuhkan.
Pegawai negeri
Pedagang
Petani
Pelajar
Siswa dalam beberapa sekolah tingkat SMP akan diteliti prestasi belajarnya. Lihat tabel di bawah ini.
1. SMP Negeri 13 2 60 1
2. SMP Swasta 15 1 45 2
3. SMP Terbuka 10 4 30 3
4. SMP Bersubsidi 12 3 40 4
Populasi dan sampel dalam penelitian merupakan sumber data. Artinya sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subjek, gejala atau objek. Sifat dan karakteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih dan dipersiapkan oleh peneliti. Populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tak dapat dihitung jumlah dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti. Oleh karena itu, dipilih sebagian saja asal memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya. Proses menarik sebagian subjek, gejala atau objek yang ada pada populasi disebut sampel.
Melalui instrumen, data yang kita inginkan dapat kita peroleh dari unsur-unsur sampel. Persoalan berikut adalah: untuk apa data itu, dan harus dibagaimanakan?
Mebersihkan data, artinya memeriksa kembali jawaban responden, apakah setiap pertanyaan dijawabnya; kalau dijawab, apakah cara menjawabnya betul, dan lain-lain.
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987
BAB IV: APA DAN BAGAIMANA HIPOTESIS
with a thank you to Dosen Aan.
BAB IV APA DAN BAGAIMANA HIPOTESIS
Dalam kerangka berpikir ilmiah, hipotesis diajukan setelah merumuskan masalah. Hal ini cukup rasional, karena hipotesis merupakan ‘jawaban sementara’ dari masalah. Sebagai jawaban sementara atau dugaan, sudah pasti jawabannya belum tentu benar dan karenanya perlu dibuktikan dan diuji kebenarannya.
Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti bawah dan tesis, artinya pendapat. Jadi pengertian hipotesis adalah pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kebenarannya masih belum meyakinkan. Karena pendapat ini perlu diuji dan dibuktikan secara empiris, maka diperlukan data-data yang berada di lapangan. Ini berarti kebenaran hipotesis harus didukung oleh data atau fakta, bukan semata-mata oleh penalaran.
Manfaat hipotesis antara lain:
Bagi proses dan langkah penelitian dalam hal menentukan proses pengumpulan data seperti metode penelitian, instrument yang harus digunakan, sampel atau sumber data dan teknik analisis data.
Memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan penelitian, yakni menarik pernyataan-pernyataan hipotesis yang telah diuji kebenarannya.
Sumber Hipotesis
Pertanyaan pokok yang perlu diajukan adalah darimana memperoleh hipotesis. Artinya, darimana sumber hipotesis.
Hipotesis sebagai jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan penelitian, tidak asalah menduga atau mengira-ngira. Perbedaannya adalah, jawaban sementara ini harus mendekati kebenaran dengan menggunakan logika berpikir, baik berpikir rasional maupun berpikir empiris.
Dengan kenyataan diatas, maka hipotesis dapat diturunkan berdasar berpikir deduktif artinya menetapkan jawaban sementara atas dasar analisis teori-teori pengetahuan ilmiah yang relevan dengan permasalahan melalui penalaran atau rasio. Oleh sebab itu, seorang peneliti harus menguasai prinsip-prinsip, hukum dan asumsi-asumsi yang terdapat dalam pengetahuan ilmiah serta kekuatan penalaran untuk menelaah prinsip, hukum dan asumsi tersebut dihubungkan dengan pertanyaan penelitian (masalah penelitian).
Perhatikan contoh di bawah ini.
Salah satu teori dalam teknologi informasi adalah teknologi informasi tidak hanya sebagai teknologi untuk memproses dan menyimpan informasi yang berbasis pada komputer, namun juga menggunakan teknologi komunikasi lainnya dalam menyampaikan informasi atau pesan yang lebih efektif dan efisien (Martin, 1999).
Masalah penelitian:
Apakah terdapat perbedaan pengiriman waktu pesan menggunakan sumber daya internet melalui email dibandingkan dengan mengirim pesan menggunakan sumber daya konvensional melalui pos surat?
Hipotesis:
Dalam perbedaan kemampuan, pengiriman pesan menggunakan sumber daya internet (email) lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan cara konvesional yaitu menggunakan pos surat.
Dalam contoh di atas, pengiriman waktu pesan merupakan salah satu bagian yang dapat ditinjau dari efektifitas dan efisiensi waktu, ditempatkan sebagai variabel terikat. Sumber daya internet dan sumber daya konvensioanal, sebagai variabel bebas.
Sedangkan hipotesis melalui berpikir induktif, adalah dengan menetapkan jawaban sementara yang di dapat melalui pengamatan terhadap gejala, peristiwa, fakta di lapangan. Dalam situasi tersebut, untuk merumuskan hipotesis, peneliti tidak berpaling atau bersumber dari teori pengetahuan ilmiah, tetapi berdasarkan data, fakta, gejala, peristiwa hasil pengamatannya di lapangan. Peneliti datang ke lapangan, melakukan pengamatan terhadap tingkah laku tertentu, memperhatikan hubungan-hubungan atau kecendrungannya, kemudian merumuskan tentang tingkah laku tersebut. Selanjutnya melalui penalarannya peneliti menyusun hipotesis.
Masih dengan menggunakan contoh sebelumnya, peneliti dapat melakukan proses pengiriman pesan tersebut dengan menggunakan 2 metode, yaitu melalui email atau pos surat. Peneliti menulis pesan, mengirimkan dengan 2 metode tersebut, kemudian peneliti mencatat tahapan-tahapan apa saja dilakukan dari kedua metode tersebut, serta mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh kedua metode sampai pesan tersebut diterima oleh yang objek yang dituju.
Penelitian terhadap hipotesis yang diangkat dari pengamatan empiris sering menunjukkan kebenaran sehingga pemecahan masalahnya mendekati kebenaran. Namun, hipotesis yang diangkat dari hasil pengamatan ini hasilnya kurang memiliki daya penjelas dan terbatas sehingga generalisasinya kurang dapat diandalkan, sekalipun kegunaannya mempunyai nilai praktis.
Rumusan Hipotesis
Telah dijelaskan bahwa setiap hipotesis penelitian harus diuji kebenarannya melalui data empiris. Oleh karenanya rumusan hipotesis harus jelas, terbatas, sehingga dapat diuji dan member petunjuk bagaimana pengujian harus dilakukan. Sebagai jawaban sementara, hipotesis dimulai dari pengidentifikasian alternatif jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Perhatikan contoh berikut ini:
Masalah:
Apakah terdapat hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai?
Alternatif jawaban:
1. Tidak ada hubungan
2. Ada hubungan
2.1 Terdapat hubungan positif
2.2 Terdapat hubungan negatif
Hipotesis
1. Tidak terdapat hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2. Ada hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2.1 Kecepatan waktu pengiriman pesan menunjukkan hubungan yang positif dan berarti dalam efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2.2 Kecepatan waktu pengiriman pesan menunjukkan hubungan yang negatif dan berarti dalam efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
Contoh lain:
Masalah:
Apakah terdapat perbedaan penjualan kombinasi susu+kopi bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama dibandingkan dengan ditempatkan pada rak yang berbeda lokasi satu sama lainnya?
Alternatif Jawaban:
1. Tidak terdapat perbedaan penjualan
2. Ada perbedaan penjualan
2.1 Penjualan susu+kopi yang ditempatkan pada rak lokasi yang sama lebih tinggi penjualannya
2.2 Penjualan susu+kopi yang ditempatkan pada rak lokasi yang berbeda lebih tinggi penjualannya
Hipotesis:
1. Tidak terdapat perbedaan penjualan susu+kopi bila ditempatkan pada lokasi rak yang sama maupun pada rak yang lokasinya berbeda.
2. Ada perbedaan penjualan susu+kopi bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama dengan lokasi rak yang berbeda.
2.1 Penjualan susu+kopi yang bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama lebih tinggi, daripada rak yang lokasinya berbeda.
2.2 Penjualan susu+kopi yang bila ditempatkan pada rak lokasi yang berbeda lebih tinggi, daripada rak yang lokasinya sama.
Hipotesis nomor satu, baik dalam contoh pertama maupun contoh kedua, dinamakan hipotesis nol atau hipotesis statistik, sebab menunjukkan tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan. Hipotesis ini berfungsi sebagai dasar pengujian.
Hipotesis nomor dua dalam contoh-contoh di atas dinamakan hipotesis penelitian, yakni hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui testing hipotesis nol. Hipotesis nomor dua termasuk hipotesis penelitian tak berarah, sebab tidak menunjukkan arah hubungan atau arah perbedaan. Hipotesis semacam ini kurang tajam dan menunjukkan kelemahan peneliti dalam kajian teoritisnya.
Hipotesis nomor 2.1 dan 2.2 dalam contoh-contoh di atas termasuk hipotesis penelitian berarah, yakni hipotesis yang menetapkan arah kesimpulan yang diharapkan. Hipotesis penelitian ini mempunyai alasan kuat dan rasional untuk mengharapkan terjadinya hubungan khusus atau perbedaan khusus antara dua kelompok. Melalui testing hipotesis nol, peneliti akan mengetahui, arah kesimpulan manakah yang terbukti kebenarannya.
Mengingat bahwa jawaban kategori pertama adalah hipotesis nol, yakni hipotesis pengujian, artinya bukan harapan peneliti, maka kemungkinan jawaban tinggal dua pilihan, yakni kecendrungan lebih besar/lebih tinggi atau lebih kecil/lebih rendah. Pilihan mana di antara dua kemungkinan itu, bergantung pada analisis teori pengetahuan ilmiah melalui penalaran teori.
Menguji Hipotesis
Hipotesis penelitian, baik yang diturunkan dari berpikir deduktif maupun berpikir induktif, masih perlu diuji kebenarannya. Pengujian tersebut dilakukan melalui data empiris. Caranya ialah dengan mengadakan verifikasi data di lapangan.
Artinya peneliti mengumpulkan data di lapangan yang bisa dilakukan dalam dua cara, yakni: Pertama, peneliti secara sengaja melakukan suatu tindakan yang dapat memunculkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Cara ini disebut ekperimen. Kedua, peneliti mencari data atau gejala atau peristiwa sejenis yang telah dilakukan orang lain. Dalam cara ini peneliti tidak perlu melakukan eksperimen, sebab data yang diharapkan bisa diperoleh langsung di lapangan sebagai hasil dari perlakuan orang lain.
Ciri Hipotesis yang Baik
Menyatakan hipotesis penelitian tidak saja harus jelas rumusannya, tetapi yang lebih adalah makna yang terkandung dari variabel yang terdapat dalam hipotesis tersebut, terutama hubungan-hubungan variabel penelitian. Hubungan variabel harus logis, artinya harus dapat dijelaskan oleh penalaran.
Hipotesis yang baik apabila:
Hipotesis mempunyai kekuatan untuk menjelaskan suatu gejala. Kekuatan menjelaskan suatu gejala mengandung pengertian bahwa hipotesis tersebut variabel-variabelnya menyatakan hubungan rasional sehingga mampu memberikan penjelasan terhadap pemecahan masalah penelitian.
Variabel dalam hipotesis dinyatakan dalam kondisi tertentu.
Hipotesis harus dapat dapat diuji. Dapat tidaknya suatu hipotesis dilakukan pengujian, bergantung kepada variabelnya. Hipotesis dapat diuji apabila variabel yang terdapat dalam rumusan hipotesis tersebut dapat diukur dan hasil pengukurannya cukup sahih (valid) dan andal (reliable). Hasil pengukuran variabel dinyatakan dalam skala hasil pengukuran.
Hipotesis tidak bertentangan dengan teori yang sudah mapan. Terlepas dari apakah teori yang sudah teruji kebenarannya cocok atau tidak dengan kondisi tertentu di lapangan, hipotesis harus tetap berpegang teguh kepada teori yang telah mapan atau yang kebenarannya yang telah diterima secara universal.
Dalam penelitian, bagaimanapun baiknya hipotesis, bisa saja tidak terbukti kebenarannya. Artinya, data yang diverifikasi secara empiris tidak menunjukkan bukti-bukti yang kuat untuk menerima hipotesis penelitian. Sungguhpun demikian, kita tidak perlu menyalahkan teori. Lebih baik membahas kemungkinan-kemungkinan lain di luar kesalahan teori yang digunakan sebagai rujukan hipotesis.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987
BAB IV APA DAN BAGAIMANA HIPOTESIS
Dalam kerangka berpikir ilmiah, hipotesis diajukan setelah merumuskan masalah. Hal ini cukup rasional, karena hipotesis merupakan ‘jawaban sementara’ dari masalah. Sebagai jawaban sementara atau dugaan, sudah pasti jawabannya belum tentu benar dan karenanya perlu dibuktikan dan diuji kebenarannya.
Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti bawah dan tesis, artinya pendapat. Jadi pengertian hipotesis adalah pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kebenarannya masih belum meyakinkan. Karena pendapat ini perlu diuji dan dibuktikan secara empiris, maka diperlukan data-data yang berada di lapangan. Ini berarti kebenaran hipotesis harus didukung oleh data atau fakta, bukan semata-mata oleh penalaran.
Manfaat hipotesis antara lain:
Bagi proses dan langkah penelitian dalam hal menentukan proses pengumpulan data seperti metode penelitian, instrument yang harus digunakan, sampel atau sumber data dan teknik analisis data.
Memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan penelitian, yakni menarik pernyataan-pernyataan hipotesis yang telah diuji kebenarannya.
Sumber Hipotesis
Pertanyaan pokok yang perlu diajukan adalah darimana memperoleh hipotesis. Artinya, darimana sumber hipotesis.
Hipotesis sebagai jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan penelitian, tidak asalah menduga atau mengira-ngira. Perbedaannya adalah, jawaban sementara ini harus mendekati kebenaran dengan menggunakan logika berpikir, baik berpikir rasional maupun berpikir empiris.
Dengan kenyataan diatas, maka hipotesis dapat diturunkan berdasar berpikir deduktif artinya menetapkan jawaban sementara atas dasar analisis teori-teori pengetahuan ilmiah yang relevan dengan permasalahan melalui penalaran atau rasio. Oleh sebab itu, seorang peneliti harus menguasai prinsip-prinsip, hukum dan asumsi-asumsi yang terdapat dalam pengetahuan ilmiah serta kekuatan penalaran untuk menelaah prinsip, hukum dan asumsi tersebut dihubungkan dengan pertanyaan penelitian (masalah penelitian).
Perhatikan contoh di bawah ini.
Salah satu teori dalam teknologi informasi adalah teknologi informasi tidak hanya sebagai teknologi untuk memproses dan menyimpan informasi yang berbasis pada komputer, namun juga menggunakan teknologi komunikasi lainnya dalam menyampaikan informasi atau pesan yang lebih efektif dan efisien (Martin, 1999).
Masalah penelitian:
Apakah terdapat perbedaan pengiriman waktu pesan menggunakan sumber daya internet melalui email dibandingkan dengan mengirim pesan menggunakan sumber daya konvensional melalui pos surat?
Hipotesis:
Dalam perbedaan kemampuan, pengiriman pesan menggunakan sumber daya internet (email) lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan cara konvesional yaitu menggunakan pos surat.
Dalam contoh di atas, pengiriman waktu pesan merupakan salah satu bagian yang dapat ditinjau dari efektifitas dan efisiensi waktu, ditempatkan sebagai variabel terikat. Sumber daya internet dan sumber daya konvensioanal, sebagai variabel bebas.
Sedangkan hipotesis melalui berpikir induktif, adalah dengan menetapkan jawaban sementara yang di dapat melalui pengamatan terhadap gejala, peristiwa, fakta di lapangan. Dalam situasi tersebut, untuk merumuskan hipotesis, peneliti tidak berpaling atau bersumber dari teori pengetahuan ilmiah, tetapi berdasarkan data, fakta, gejala, peristiwa hasil pengamatannya di lapangan. Peneliti datang ke lapangan, melakukan pengamatan terhadap tingkah laku tertentu, memperhatikan hubungan-hubungan atau kecendrungannya, kemudian merumuskan tentang tingkah laku tersebut. Selanjutnya melalui penalarannya peneliti menyusun hipotesis.
Masih dengan menggunakan contoh sebelumnya, peneliti dapat melakukan proses pengiriman pesan tersebut dengan menggunakan 2 metode, yaitu melalui email atau pos surat. Peneliti menulis pesan, mengirimkan dengan 2 metode tersebut, kemudian peneliti mencatat tahapan-tahapan apa saja dilakukan dari kedua metode tersebut, serta mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh kedua metode sampai pesan tersebut diterima oleh yang objek yang dituju.
Penelitian terhadap hipotesis yang diangkat dari pengamatan empiris sering menunjukkan kebenaran sehingga pemecahan masalahnya mendekati kebenaran. Namun, hipotesis yang diangkat dari hasil pengamatan ini hasilnya kurang memiliki daya penjelas dan terbatas sehingga generalisasinya kurang dapat diandalkan, sekalipun kegunaannya mempunyai nilai praktis.
Rumusan Hipotesis
Telah dijelaskan bahwa setiap hipotesis penelitian harus diuji kebenarannya melalui data empiris. Oleh karenanya rumusan hipotesis harus jelas, terbatas, sehingga dapat diuji dan member petunjuk bagaimana pengujian harus dilakukan. Sebagai jawaban sementara, hipotesis dimulai dari pengidentifikasian alternatif jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Perhatikan contoh berikut ini:
Masalah:
Apakah terdapat hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai?
Alternatif jawaban:
1. Tidak ada hubungan
2. Ada hubungan
2.1 Terdapat hubungan positif
2.2 Terdapat hubungan negatif
Hipotesis
1. Tidak terdapat hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2. Ada hubungan antara kecepatan waktu pengiriman pesan melalui email terhadap efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2.1 Kecepatan waktu pengiriman pesan menunjukkan hubungan yang positif dan berarti dalam efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
2.2 Kecepatan waktu pengiriman pesan menunjukkan hubungan yang negatif dan berarti dalam efektifitas dan efisiensi waktu sampai.
Contoh lain:
Masalah:
Apakah terdapat perbedaan penjualan kombinasi susu+kopi bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama dibandingkan dengan ditempatkan pada rak yang berbeda lokasi satu sama lainnya?
Alternatif Jawaban:
1. Tidak terdapat perbedaan penjualan
2. Ada perbedaan penjualan
2.1 Penjualan susu+kopi yang ditempatkan pada rak lokasi yang sama lebih tinggi penjualannya
2.2 Penjualan susu+kopi yang ditempatkan pada rak lokasi yang berbeda lebih tinggi penjualannya
Hipotesis:
1. Tidak terdapat perbedaan penjualan susu+kopi bila ditempatkan pada lokasi rak yang sama maupun pada rak yang lokasinya berbeda.
2. Ada perbedaan penjualan susu+kopi bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama dengan lokasi rak yang berbeda.
2.1 Penjualan susu+kopi yang bila ditempatkan pada rak lokasi yang sama lebih tinggi, daripada rak yang lokasinya berbeda.
2.2 Penjualan susu+kopi yang bila ditempatkan pada rak lokasi yang berbeda lebih tinggi, daripada rak yang lokasinya sama.
Hipotesis nomor satu, baik dalam contoh pertama maupun contoh kedua, dinamakan hipotesis nol atau hipotesis statistik, sebab menunjukkan tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan. Hipotesis ini berfungsi sebagai dasar pengujian.
Hipotesis nomor dua dalam contoh-contoh di atas dinamakan hipotesis penelitian, yakni hipotesis yang akan diuji kebenarannya melalui testing hipotesis nol. Hipotesis nomor dua termasuk hipotesis penelitian tak berarah, sebab tidak menunjukkan arah hubungan atau arah perbedaan. Hipotesis semacam ini kurang tajam dan menunjukkan kelemahan peneliti dalam kajian teoritisnya.
Hipotesis nomor 2.1 dan 2.2 dalam contoh-contoh di atas termasuk hipotesis penelitian berarah, yakni hipotesis yang menetapkan arah kesimpulan yang diharapkan. Hipotesis penelitian ini mempunyai alasan kuat dan rasional untuk mengharapkan terjadinya hubungan khusus atau perbedaan khusus antara dua kelompok. Melalui testing hipotesis nol, peneliti akan mengetahui, arah kesimpulan manakah yang terbukti kebenarannya.
Mengingat bahwa jawaban kategori pertama adalah hipotesis nol, yakni hipotesis pengujian, artinya bukan harapan peneliti, maka kemungkinan jawaban tinggal dua pilihan, yakni kecendrungan lebih besar/lebih tinggi atau lebih kecil/lebih rendah. Pilihan mana di antara dua kemungkinan itu, bergantung pada analisis teori pengetahuan ilmiah melalui penalaran teori.
Menguji Hipotesis
Hipotesis penelitian, baik yang diturunkan dari berpikir deduktif maupun berpikir induktif, masih perlu diuji kebenarannya. Pengujian tersebut dilakukan melalui data empiris. Caranya ialah dengan mengadakan verifikasi data di lapangan.
Artinya peneliti mengumpulkan data di lapangan yang bisa dilakukan dalam dua cara, yakni: Pertama, peneliti secara sengaja melakukan suatu tindakan yang dapat memunculkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis. Cara ini disebut ekperimen. Kedua, peneliti mencari data atau gejala atau peristiwa sejenis yang telah dilakukan orang lain. Dalam cara ini peneliti tidak perlu melakukan eksperimen, sebab data yang diharapkan bisa diperoleh langsung di lapangan sebagai hasil dari perlakuan orang lain.
Ciri Hipotesis yang Baik
Menyatakan hipotesis penelitian tidak saja harus jelas rumusannya, tetapi yang lebih adalah makna yang terkandung dari variabel yang terdapat dalam hipotesis tersebut, terutama hubungan-hubungan variabel penelitian. Hubungan variabel harus logis, artinya harus dapat dijelaskan oleh penalaran.
Hipotesis yang baik apabila:
Hipotesis mempunyai kekuatan untuk menjelaskan suatu gejala. Kekuatan menjelaskan suatu gejala mengandung pengertian bahwa hipotesis tersebut variabel-variabelnya menyatakan hubungan rasional sehingga mampu memberikan penjelasan terhadap pemecahan masalah penelitian.
Variabel dalam hipotesis dinyatakan dalam kondisi tertentu.
Hipotesis harus dapat dapat diuji. Dapat tidaknya suatu hipotesis dilakukan pengujian, bergantung kepada variabelnya. Hipotesis dapat diuji apabila variabel yang terdapat dalam rumusan hipotesis tersebut dapat diukur dan hasil pengukurannya cukup sahih (valid) dan andal (reliable). Hasil pengukuran variabel dinyatakan dalam skala hasil pengukuran.
Hipotesis tidak bertentangan dengan teori yang sudah mapan. Terlepas dari apakah teori yang sudah teruji kebenarannya cocok atau tidak dengan kondisi tertentu di lapangan, hipotesis harus tetap berpegang teguh kepada teori yang telah mapan atau yang kebenarannya yang telah diterima secara universal.
Dalam penelitian, bagaimanapun baiknya hipotesis, bisa saja tidak terbukti kebenarannya. Artinya, data yang diverifikasi secara empiris tidak menunjukkan bukti-bukti yang kuat untuk menerima hipotesis penelitian. Sungguhpun demikian, kita tidak perlu menyalahkan teori. Lebih baik membahas kemungkinan-kemungkinan lain di luar kesalahan teori yang digunakan sebagai rujukan hipotesis.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987
Thursday, April 8, 2010
BAB III: MERUMUSKAN MASALAH
BAB III
APA DAN BAGAIMANA MERUMUSKAN MASALAH
ABSTRAKSI: Isi uraian dalam bab ini menjelaskan hakikat masalah, masalah dan variabel, teknik merumuskan masalah, sumber masalah, masalah dan judul penelitian. Diharapkan melalui uraian ini mahasiswa dapat memiliki keterampilan merumuskan masalah penelitian.
Dalam wajah panggung dalam laporan hasil penelitian atau karya ilmiah diawali oleh pengajuan masalah. Mahasiswa atau peneliti sebaiknya menguasai bagaimana teknik untuk merumuskan masalah serta bagaimana langkah dan proses mengajukan masalah.
- Hakikat Masalah
Banyak mahasiswa atau peneliti muda mengalami kesulitan dalam menentukan masalah beserta variabel-varibelnya. Hal ini disebabkan karena kekurangan pahamnya atas hakikat permasalahan penelitian tersebut. Kurangnya informasi mengenai sumber-sumber masalah, serta kekurangan kesiapan mahasiswa dan peneliti dalam merencanakan penelitian. Padahal dalam penelitian, masalah menjadi fundamental untuk menentukan unsur penelitian lainnya.
Unsur-unsur seperti, teori dan rumusan hipotesis, metodologi dan lainnya, dibangun atas dasar masalah penelitian. Kunci dari keberhasilan dari sebuah penelitian adalah, penentuan masalah. Masalah sering dikacaukan dengan judul. Masalah tidak sama dengan judul. Masalah adalah inti persoalan yang tersirat dalam judul. Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui penelitian.
Masalah penelitian harus memenuhi persyaratan untuk dapat diteliti. Ada tiga segi untuk mengukur kelayakan suatu masalah penelitian, yaitu: dari segi keilmuan, segi metode keilmuan dan segi kepentingan dan kegunaannya.
Pertama, dari segi keilmuan, masalah harus jelas kedudukannya dalam struktur keilmuan yang sedang dipelajari. Seorang mahasiswa atau peneliti jurusan ekonomi mengambil masalah penelitian yang berkenaan dengan aspek keilmuan yang ada dalam bidang ekonomi. Begitu juga, mahasiswa dan penelitian dibidang teknologi informasi, ia harus menentukan masalahnya penelitiannya dalam struktur keilmuan yang ada di bidang teknologi informasi.
Kedua, dari segi metode keilmuan. Dari segi ini, masalah penelitian harus dapat dipecahkan melalui langkah-langkah berpikir ilmiah atau metode ilmiah. Telah dijelaskan bahwa langkah yang harus ditempuh dalam metode ilmiah adalah merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
Ketiga, dari segi kepentingan dan kegunaannya. Masalah penelitian harus disesuaikan dengan kepentingan penelitinya. Peneliti yang mengambil program S1 tentu berbeda dengan kepentingan mahasiswa program S2. Begitu juga mahasiswa program S2 akan berbeda dengan mahasiswa program S3. Yang membedakan adalah, bobot kedalaman serta luasnya masalah penelitian yang akan diteliti. Masalah yang baik harus mempunyai nilai kegunaan, baik bagi kepentingan ilmu maupun bagi penerapan praktek.
Masalah selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, bukan pernyataan. Satu masalah penelitian bisa mengandung beberapa subpertanyaan. Itu sebabnya ada masalah pokok dan submasalah yang harus terjawab melalui penelitian. Dalam penelitian, sebaiknya mengandung dua variabel atau lebih. Dengan demikian, masalah penelitian dapat diajukan melalui beberapa cara seperti mendeskripsikan setiap variabel, menghubungkan dua variabel, mengkaji pengaruh variabel yang satu dibandingkan kekuatan variabel lainnya, mengkaji sumbangan (kontribusi) suatu variabel terhadap variabel lain, dan lain-lain. Untuk itu, peneliti harus memahami makna, kategori, dan jenis hubungan variabel.
- Hakikat Variabel.
Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif. Hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Contoh variabel: jenis kelamin, motivasi, prestasi, kepemimpinan.
Variabel dalam dapat dibedakan menjadi dua kategori utama, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanupulasi untuk diketahui intesitasnya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat dari variabel bebas. Oleh sebab itu, variabel terikat menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas. Sebagai contoh:
· Kepemimpinan dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila dilihat intesitasnya dalam hal produktivitas kerja.
· Motivasi dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila akan dilihat akan intesitasnya dalam hal prestasi.
Produktivitas kerja dan prestasi keduanya adalah variabel terikat/respons. Dengan kata lain, produktivitas kerja dalam konteks ini merupakana akibat dari kepemimpinan dan prestasi merupakan akibat dari motivasi.
Di samping variabel bebas dan variabel terikat, ada lagi variabel lain seperti variabel penyerta, variabel kontrol dan lain-lain. Variabel-variabel tersebut digunakan untuk memperdalam dan memperluas kajian hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.
Setelah mengenal jenis beberapa jenis variabel, peneliti hendaknya memahami berbagai jenis hubungan antarvariabel. Ada tiga kategori hubungan variabel, yakni hubungan simetris, hubungan tak simetris dan hubungan timbal balik.
· Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan manakala variabel yang satu tidak dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya.
Ciri-cirinya adalah:
1. Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama.
Misalnya kualifikasi guru yang baik adalah tingkat pendidikan dan pengalaman mengajarnya. Kedua variabel ini simetris namun tidak saling memengaruhi. Tingkat pendidikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman mengajar, demikian pula sebaliknya
2. Variabel merupakan akibat dari faktor yang sama.
Misalnya tes seleksi universitas yang ketat menyebabkan calon yang jatuh, tetapi juga dapat meningkatkan prestasi mahasiswa.
3. Kedua variabel mempunyai kaitan fungsional.
Misalnya, kekuasaan mempunyai fungsi dengan tugas dan tanggung jawab. Akan tetapi tidak berarti kekuasaan dipengaruhi oleh tugas dan tanggung jawab, atau sebaliknya, tugas dan tanggung jawab ditentukan dan dipengaruhi kekuasaan.
4. Hubungan kebetulan.
Misalnya, anak pandai tidak lulus, tetapi anak bodoh lulus dengan baik. Jadi tidak ada hubungan antara bodoh dengan kelulusan, dan pandai dengan kegagalan.
· Hubungan Tak Simetris
Hubungan tak simetris ditandai dengan adanya hubungan atau kaitan variabel yang satu dengan variabel lainnya. Hubungan tersebut bisa berupa pengaruh, sumbangan atau kontribusi, ataupun hubungan sebab akibat.
Hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk hubungan positif dan fungsional. Hubungan positif artinya terdapat hubungan yang searah. Misalnya makin tinggi tingkat pendidikan guru, makin tinggi kualitas pengajaran demikian pula sebaliknya. Tetapi apabila yang terjadi adalah, makin tinggi kualitas pendidikan guru namun makin rendah hasil belajar, maka hubungan tersebut adalah negatif.
Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan fungsional adalah kedua variabel (variabel bebas dan variabel terikat) menunjukkan adanya kaitan fungsi. Misalnya adanya pengaruh, adanya sumbangan atau kontribusi, atau menjadi penyebab variabel lain yang akan muncul.
· Hubungan Timbal-Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan pada suatu saat variabel yang satu menjadi penyebab variabel yang lain dan pada saat lain terjadi sebaliknya. Jadi pada suatu saat variabel X mempengaruhi variabel Y, dan pada saat yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. Misalnya: Siswa yang biasa belajar teratur ternyata berprestasi tinggi. Pada suatu saat tiba giliran bahwa siswa yang berprestasi tinggi ternyata menyebabkan belajar yang teratur.
- Teknik Merumuskan Masalah
Apabila telah memahami jenis variabel dan hubungan antarvariabel, peneliti akan lebih mudah dalam merumuskan pertanyaan penelitian. Caranya ialah dengan melakukan kajian dan analisis hubungan yang mungkin terjadi di antara variabel-variabel yang terdapat di dalamnya. Dengan membuat diagram atau bagan yang menyertakan posisi variabel bebas, variabel terikat dan variabel penyerta. Dengan diagram tersebut, kita bisa mengajukan berbagai kemungkinan pertanyaan penelitian dengan menganalisis variabel dalam bagan tersebut.
Contoh:
![]() Variabel terikat | Pendidikan Kependudukan & Lingkungan Hidup (X) | |
Anak dari keluarga suku Jawa (X1) | Anak dari keluarga suku Batak (X2) | |
Sikap terhadap Norma Keluarga Kecil (NKK) (Y) | Y1 | Y2 |
Pada diagram diatas, Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) yang diberikan di sekolah ditempatkan sebagai variabel bebas, diberi notasi (X). Sikap terhadap NKK diberikan sebagai variabel terikat, diberi notasi (Y). Asal keluarga adalah variabel penyerta, terdiri dari keluarga suku Jawa (X1) dan suku keluarga Batak (X2).
Permasalahan yang bisa ditanyakan adalah sebagai berikut:
1. Sampai di mana sikap terhadap NKK setelah menerima program PKLH ?(menanyakan variabel Y).
a. Bagaimana sikap anak yang berasal dari keluarga suku Jawa terhadap NKK? (mengungkapkan variabel Y1)
b. Bagaimana sikap anak yang berasal dari keluarga suku Batak terhadap NKK? (mengungkapkan variabel Y2)
2. Sampai dimana intensitas pelaksanaan Program PKLH? (menanyakan X)
3. Adakah perbedaan sikap terhadap NKK antara anak berasal dari keluarga suku Jawa (Y1) dengan anak yang berasal dari keluarga suku Batak (Y2)? (membandingkan Y1 dan Y2).
4. Apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas pelaksanaan Program PKLH (X) dengan sikap anak terhadap NKK (menanyakan hubungan X dan Y).
Bagaimana memahaminya?
Pertanyaan nomor satu dan nomor dua tidak perlu dibuat hipotesis, sebab hanya mengungkap satu variabel.
Pertanyaan nomor tiga mencoba membandingkan variabel terikat, yakni sikap anak yang berasal dari keluarga Jawa (Y1) dengan sikap anak yang berasal dari keluarga Batak (Y2). Pertanyaan ini seolah-olah ada dua variabel, maka hipotesis yang bisa diturunkan menjadi:
“Anak yang berasal dari keluarga Jawa sikapnya terhadap NKK lebih positif daripada anak yang berasal dari keluarga Batak”.
Begitu juga dengan pertanyaan nomor empat, berisi dua variabel, yakni variabel X dan Y, maka hipotesis yang muncul adalah:
“Terdapat korelasi positif antara intensitas pelaksanaan program PKLH di sekolah dengan sikap anak terhadap NKK”.
Dari contoh merumuskan masalah, yakni menyusun pertanyaan-pertanyaan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik merumuskan masalah kuncinya terletak dalam mengkaji variabel, baik yang sifatnya mendeskripsikan suatu variabel maupun mengutak-atik variabel yang satu dengan variabel yang lain.
Setelah merumuskan masalah penelitian, selanjutnya diberikan definisi variabel, definisi konsep maupun definisi operasional.
- Sumber Masalah
Persoalan lain yang perlu diketahui ialah bagaimana cara memperoleh masalah. Ada tiga sumber untuk memperoleh masalah penelitian, yaitu:
1. Dengan cara membaca buku atau hasil penelitian orang lain. Cara ini sangat sederhana dan tidak perlu mengeluarkan waktu, biaya, tenaga yang banyak. Mahasiswa atau peneliti cukup pergi ke perpustakaan mempelajari literatur yang berkenaan dengan bidang studi atau keahliannya.
2. Dengan cara melalui studi pendahuluan atau studi penjajakan (explorotary study). Pada studi penjajakan, mahasiswa atau peneliti turun ke lapangan untuk mengadakan amatan terhadap gejala atau fenomena yang ada.
3. Dengan cara menggunakan kombinasi dari dua cara diatas. Artinya, peneliti terlebih dahulu mencari konsep dan variabel dari literatur (khazanah ilmu), kemudian melihat fakta empiris di lapangan, apakah sesuai atau tidak. Jika tidak, mengapa? Pertanyaan mengapa tersebut mengundang peneliti untuk merumuskan masalah penelitiannya.
- Masalah dan Judul Penelitian
Pertanyaan klasik yang sering diajukan mahasiswa adalah manakah yang harus didahulukan, menentukan masalah atau merumuskan judul penelitian. Pertanyaan itu dilontarkan sebab mahasiswa tersebut tidak atau belum memahami hakikat masalah dalam penelitian. Masalah dan judul saling berkaitan satu sama lain. Masalah harus dapat memberikan kesan terhadap judul. Demikian pula sebaliknya, judul harus mencerminkan masalah. Artinya dalam judul harus tersirat masalah.
Judul dapat ditetapkan setelah masalah penelitian dirumuskan dengan jelas. Tidak sebaliknya. Judul harus mengacu kepada masalah pokok penelitian, artinya relevan dengan masalah pokok.
Setelah masalah penelitian ditemukan, pada tahap selanjutnya mahasiswa atau peneliti perlu menyusun kerangka tulisan bab pengajuan masalah dalam struktur tertentu sesuai dengan urutan.
Susunan tersebut diurutkan menjadi:
a. Latar belakang, berisi uraian apa dan mengapa peneliti melakukan penelitian dengan judul atau tema tertentu.
b. Identifikasi masalah yakni mengemukakan beberapa masalah yang mungkin timbul dari tema penelitian.
c. Pembatasan masalah, yakni menetapkan satu atau dua masalah dari kemungkinan yang telah diidentifikasikan serta ruang lingkupnya.
d. Memberi batasan konsep dan batasan operasional.
e. Menjelaskan tujuan umum penelitian. Rumusan tujuan konsisten dengan masalah pokok penelitian atau konsisten dengan makna judul penelitian.
Keenam unsur pokok di atas adalah syarat minimal yang harus dipenuhi. Variasi dari keenam hal tersebut bisa dilakukan sehingga bisa ditambah dengan memasukkan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk lebih memperjelas permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Drs. S. Imam, Petunjuk Teknik Menulis Naskah Ilmiah, Usaha Nasional, Surabaya Indonesia, 1984.
Sudjana, Dr. Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1987
with a thank you to Dosen Aan.
Subscribe to:
Posts (Atom)