Sunday, January 11, 2015

Sektor TI dengan Dampak Ekonomi Besar

10 Januari 2015
20:15

Here I am. Menghabiskan malam minggu di rumah sakit. Bukan ide yang bagus, tetapi ini bukan pilihan. Tipus. Yup! Yang ketiga kalinya dalam 5 tahun! Menolak untuk di rawat inap dari awal Desember karena infeksi empedu dan seminggu setelahnya karena usus buntu, saya tidak bisa berkata tidak ketika hasil tes darah mengatakan positif tipus setelah mencoba menahan rasa sakit yang teramat sangat selama 3 hari di rumah.

Dr. Jo adalah dokter yang berdedikasi tinggi. Dengan jumlah ‘peggemar’ yang banyak dari empat tempat praktek dan sangat bergantung kepada kepiawaian beliau mengingat jenis penyakit yang beliau tangani, libur untuk beliau adalah hanya pada saat Perayaan Waisak dan Hari Raya Nyepi. Itupun karena memang di Bali kita tidak boleh keluar rumah pada saat Hari Raya Nyepi. Menjadi pasien beliau selama berturut-turut dari November 2013, seminggu sekali jadwal kontrol, karena gula darah dan selanjutnya setiap hari sabtu semenjak rawat inap di bulan Februari 2014 sampai sekarang, membuat saya mempunyai keterikatan emosi dengan beliau. Dan beliau tahu, selama saya masih berdiri dan bisa berjalan, saya akan tetap mengerjakan rutinitas saya dan beliau tahu tidak mudah untuk ‘menyeret’ saya untuk dirawat inap.

Anyway, untuk ‘mempercepat waktu’ ditengah kebosanan saya di rumah sakit, pilihan saya jatuh ke Arirang, Korean TV channel setelah berpindah-pindah lebih dari 50 pilihan TV yang disediakan oleh TransVision. Bukan karena saya penggemar K-Pop yang lagi booming saat ini, tetapi karena tertarik pada acara talk show menarik yang sedang berlangsung anatara pembawa acara Heart to Heart, Rah Seung-Yun dengan Profesor Lee Kun-Pyo seorang profesor dari Desain Industri di KAIST. KAIST adalah sebuah universitas riset publik, lembaga penelitian yang berorientasi pada ilmu dan rekayasa, terletak di Daedeok Innopolis, Daejeon, Korea Selatan.

Prof. Lee sendiri berasal dari LG Electronics bagian Design Management Center. Beliau memutuskan untuk menghabiskan beberapa tahun sebelum beliau memasuki usia pensiunnya untuk kembali ke akademi dan mendedikasikan ilmunya dan mengajar di universitas.  Sekarang, sebagai professor dari disain industry di KAIST, beliau melatih mahasiswanya untuk membangun desain interaktif yang inovatif dan user-friendly yang menempatkan manusia sebagai pusatnya. Saat ini Prof Lee memimpin Lab Desain Interaksi Manusia yang berpusat di KAIST dan telah menjadi peneliti desain yang diakui secara internasional.

Prof. Lee terpilih sebagai President dari World Design Association pada acara World Design Symposium yang diadakan di Taiwan. Organisasi ini menggabungkan pusat desain di Asia - yang berfokus pada Korea, Jepang dan Taiwan - dengan pusat penelitian desain di Eropa. Tujuan organisasi tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan dunia desain dalam teknologi.

Prof. Lee menyadari bahwa arah dari organisasi/perusahaan teknologi adalah kesempatan untuk meningkatkan tingkatan desain. Beliau mengatakan bahwa desain tidak diakui sebagai sesuatu yang memiliki nilai akademik; "Design is not acknowledged as having scholastic value".

Pada acara TV tersebut, Prof. Lee menjelaskan tentang filosofi beliau mengenai desain. Menurut beliau, paradigm desain telah bergeser. Orang membuat tidak hanya membuat sebuah desain yang ‘ramping’ tetapi juga desain yang user-friendly dan menawarkan pengalaman-pengalaman baru kepada penggunanya. Untuk alasan tersebut user interface dan user experience telah menjadi bagian integral dari desain modern. Paradigma desain berubah menjadi berpusat kepada human-centered interaction.

Rah Seung-Yun bertanya mengenai pendapat Prof. Lee tentang peran robot saat ini. Dimana ide awal dari robot adalah untuk membantu manusia dan menjadi bawahan servant, dan bukan sebagai colleague yang bersifat sederajat dengan manusia, bahkan dianggap sebagai anggota keluarga. Prof. Lee memiliki satu robot dirumah untuk membantu pekerjaan rumah istrinya dimana istri beliau memberi nama robot tersebut dan berbuat seolah-olah robot itu hidup. Hal ini menimbulan pemikiran bahwa saat ini manusia melibatkan emosi dalam komunikasi dengan robot.

Prof. Lee juga membahas sekilas tentang bagaimana disain dari mobile application yang diciptakan menggunakan human interaction dengan manusia di lab centre-nya; seperti pembuatan mobile application berdasarkan arah penglihatan pengguna, dimana pengguna fokus pada sesuatu, hal tersebut dapat dipergunakan untuk menentukan apa yang diinginkan pengguna, seperti dalam pemilihan jadwal pesawat, pilihan menu, dan lain sebaginya.

Acara tersebut mengingatkan saya pada skripsi S1 saya ditahun 2012. Yup, mobile application. Saya merasa saat itu bahwa teknologi mobile phone demikian maju dengan pesatnya, dimana baik produsen mobile phone berlomba menawarkan produk-produk smart phone dengan inovasi terbaru dan penyedia jasa komunikasi berlomba menyediakan paket-paket internet hemat yang memudahkan pengguna untuk men-download berbagai konten-konten menarik. Dan hal tersebut menjadi salah satu daya tarik saya untuk juga membuat sebuah mobile application sebagai tugas akhir.

Salah satu perusahaan berskala menengah keatas menjadi pilihan saya. Perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan akomodasi pariwisata, yang menyediakan berbagai fasilitas untuk kenyamanan para tamunya. Restaurant dengan 5 outlet merupakan salah satu fasilitas yang ada, sebagai penyedia layanan makanan.

Keterbatasan untuk dapat mengingat semua recipe beserta ingredient dan method of cooking-nya di seluruh outlet yang ada tersebut merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh para chef, selain sebagai tuntutan untuk dapat multi skilling dan multi tasking.
Dengan jadwal yang sibuk diantara 3 meal shift; breakfast, lunch dan dinner; jarak antar masing-masing outlet yang berjauhan, dan ke-tidak tersediaan-nya komputer disetiap kitchen outlet, mengakibatkan efek buruk pada ke-efektif-an dan efisiensi kerja para chef dalam pekerjaan mereka.

Berawal dari latar belakang permasalahan tersebut, maka saya merasa perlu mencoba untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat memungkinkan para Chef, untuk dapat menemukan menu-menu dari setiap outlet yang ada beserta ingredient dan method of cooking-nya dengan cara cepat, mudah dan efisien.

Mobile application tersebut adalah aplikasi berbasis web yang dikembangkan menggunakan bahasa web programming atau script Java, web server-nya menggunakan Apache Tomcat 6 dan  MySQL 5 sebagai pengolah database-nya. Untuk desain antarmuka menggunakan software Eclipse Helios. Puji Tuhan dengan skripsi “Aplikasi Mobile Recipes Berbasis Web Menggunakan Framework ZK dengan Design Pattern MVVM (Model-View-ViewModel)” saya dinyatakan lulus pada Oktober 2012 setelah berkutat lebih dari 3 bulan.



Kembali ke topik awal, banyak yang ingin saya tulis mengenai pembicaraan yang menarik antara Prof. Lee dengan pembawa acara Heart to Heart, Rah Seung-Yun, tapi saya tidak punya pilihan dan harus memaksakan istirahat apabila tidak ingin dokter menahan saya di rumah sakit ini lebih lama. Tak terasa jam menunjukkan 10 menit menuju jam 1 pagi!

11 Januari 2015


Other Post:
Hotels Mobile Application

No comments:

Post a Comment